Renungan Ke Sepuluh
Hati-hati Dan Sembunyi-sembunyi
Atara Ifrath dan Tafrith
Allah ta’ala berfirman :
“Hai orang-orang yang beriman, bersiap-siagalah kamu, dan majulah (ke medan pertempuran) berkelompok-kelompok, atau majulah bersama-sama !” (An-Nisa : 71).
Allah swt memerintahkan untuk bersiap siaga sebelum perintah maju berperang.
Allah ta’ala berfirman :
“Dan siap-siagalah kamu. Sesungguhnya Allah telah menyediakan ‘adzab yang menghinakan bagi orang-orang kafir itu”. (An Nisa : 102).
Mengambil sebab-sebab kehati-hatian dan siap siaga dan begitu jugakitman (sembunyi-sembunyi) dalam ‘amal jihadiyadalah hal yang disyari’atkan dalam agama kita, bahkan ia wajib dalam banyak keadaan. Dan Nabi saw telah mewasiatkan untuk meminta bantuan dengan sikapkitman dalam banyak hal dan hajat sebelum operasi militer dan jihad, beliau bersabda : “Mintalah bantuan dengan kitman dalam penuaian kepentinan-kepentingan kalian “.
Bahkan beliau saw dalam tuntutannya pada sikap kitmansampai pada tingkat tamwih (melakukan kesamaran) terhadap mereka dan mengecoh mereka, di mana Hadzr (siaga/ hati-hati) ini pada beliau tidak terbatas terhadapkitmanul asrar (penyembunyian rahasia),akan tetapi beliau berupaya keras untuk memecah perhatian musuh dan menyesatkan mata-mata dan spionase mereka, sebagaimana dalam hadits Ka’ab Ibnu Malik dalam Ash shahih (4418) pada kisah absennya pada perang tabuk, ia berkata : “…Tidaklah Rasulullah saw menginginkan suatu peperangan melainkan beliau menyamarkan dengan yang lainnya……”
Di antara sikap keseriusan dan keinginan kerasnya untuk meluluskan peperangannya dan tugas-tugas para sahabatnya dengan cara kitman adalah beliau mengirim sariyyah (pasukan kecil) ke arah tertentu, tanpa memberi tahu mereka tentang tujuan mereka, namun beliau menuliskan bagi mereka surat yang di dalamnya beliau menuturkan tujuan yang di maksud, dan memerintahkan mereka agar tidak membuka surat itu sampai mereka menempuh mayoritas jarak perjalanannya dan dekat dari tujuannya, sebagaimana yang beliau lakukan terhadap sariyyah Abdullah ibnu Jahsyyang mana Ibnul Hadlrami dibunuh dan di dalamnya terdapat sikap penyembunyian rahasia-rahasia militer dan tidak menampakkannya termasuk terhadap pasukan itu sendiri kecuali sesaat menjelang pelaksanaan langsung, termasukseandainya sebagian mereka lemah atau jatuh tertawan musuh maka padanya tidak ada apa yang ia katakan atau ia bongkar walaupun mereka memotong atau mencabik-cabik badannya….
Termasuk bab ini adalah bahwa beliau saw tatkala berniat untuk hijrah, beliau datang kepada Abu Bakar di waktu yang tidak biasanya beliau mendatanginya, dan beliau datang seraya menutup kepalanya… dan beliau sebelum membisikkan kepadanya keputusan hijrah, (beliau) memerintahkan agar menyuruh keluar orang-orang yang padahal mereka itu sebagaimana yang dikatakan Abu Bakar “Mereka itu hanyalah keluargamu”…
Abdullah ibnu Abi Bakar bermalam bersama keduanya di goa gunung Tsaur dan beranjak pergi dari keduanya di waktu sahur sehingga ia berada bersama Quraisy di Mekkah seperti yang bermalam (di tengah mereka), dan ia tidak mendengar suatu hal yang membahayakan keduanya, melainkan ia mengetahuinya sampai mendatangi keduanya dengan berita itu saat malam mulai gelap.
Silahkan lihat itu semuanya dalam hadits hijrah dari Aisyah Ummul Mu’minim ra dalam Shahih Al Bukhariy (3905)…dan di dalamnya juga terdapat sabda Rasulullah saw kepada Suraqah tatkala menyusul mereka dalam hijrah : “ sembunyikan tentang kami “.
Dalam Shahih Al Bukhariy Bab “ Perang itu tipu daya “ dan di dalamnya ia mengutarakan haditsnya, Al Hafidh ibnu Hajar berkata : (Dan asal tipu daya adalah penampakkan suatu dan penyembunyian sebaliknya, dan di dalamnya ada anjuran yang sangat untuk bersiap siaga dalam peperangan dan arahan untuk mengecoh orang-orang kafir, dan bila ia tidak sigap terhadap hal itu maka tidak aman masalahnya balik menyulitkan dia). Selesai.
Dalam Al Bukhari juga : (Bab Dusta dalam Peperangan), dan di dalamnya ia tuturkan kisah pembunuhan para sahabat terhadapKa’ab ibnul Asyraf, thoghut kaum Yahudi dan apa yang ada di dalamnya berupa pengecohannya dan penampakkan sikap yang membuat dia menduga bahwa mereka merasa berat dan menderita dari apa yang diperintahkan Nabi saw berupa shadaqah, sampai akhirnya mereka mendapatkan keleluasaan darinya dan kemudian mereka membunuhnya… Dan Al Hafidh menuturkan dalam syarahnya padaFathul Bari hadits At Tirmidziy tentang kebolehan dusta dalam tiga hal : di antaranya peperangan, dan kisah Al Hajjaj ibnu ‘Allath tentang permintaan izinnya dari Nabi saw untuk mengatakan tentang beliau apa yang ia inginkan demi kepentingannya dalam menyelamatkan hartanya dari penduduk Mekkah.
Al Bukhari juga meriwayatkan kisah keislaman Abu Dzar(3861) dan di dalamnya terdapat banyak pelajaran dalam bab ini yang menunjukan bahwa para sahabat sangat menjaga terhadap sebab-sebab kehati-hatian, siap-siaga dankitman, serta mereka tidak bersikapthafrith sedikitpun dalam hal itu, kemudian di dalamnya ada sikap keragu-raguanAli ibnu Abi Thalib ra selama tiga hari terhadap Abu Dzar tanpa membuka ungkapan sedikitpun kepadanya sampai ia merasa yakin dengannya dan ia mendengar berita tentangnya sebelum itu, serta meminta kejelasan tentang sikap seriusnya terhadap Islam dan keinginannya bertemu Nabi saw, kemudian kesepakatannya bersamanya untuk berjalan di belakangnya hingga menyampaikannya kepada Nabi saw tanpa mencurigakan Quraisy dengan hal itu dan ucapan Ali : (Bila saya melihat sesuatu yang saya khawatirkan terhadapmu maka saya berbuat seolah saya menuangkan air, kemudian bila saya berlalu maka ikutilah saya sampai saya masuk ke tempat saya masuk) sampai akhir kisah….
Dalam Al Qur’an Allah ta’ala mengabarkan kepada kita dalam kisah para pemuda Ashhabul Kahfi tentang kehati-hatian mereka dari kaum mereka dan ucapan mereka tentang orang yang mereka utus ke kota, “Dan hendaklah ia berlaku lemah lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorangpun. Sesungguhnya jika mereka dapat mengetahui tempatmu, niscaya mereka akan merajam kamu atau memaksamu kembali kepada agama mereka, dan jika demikian niscaya kamu tidak akan beruntung selama-lamanya”, (Al Khafi : 19-20).
Maka ini semuanya dan yang lain adalah banyak, menunjukan secara jelas bahwa mengambil sebab-sebab kehati-hatian, siap-siaga, kitman, pengecohan musuh, tipu daya terhadap mereka dan dusta terhadap mereka untuk menjauhi tipu muslihat mereka; semua itu adalah hal-hal yang disyari’atkan yang tidak ada dosa atas orang muslim di dalamnya dan ia tidak dicela terhadapnya. Dan justeru sikap tidak mengambil faidah dari itu, mengabaikannya dan tidak menggunakannya adalah bisa menyebabkan musuh-musuh Allah menguasai para du’at dan mujahidin, dan bisa menggagalkan upaya mereka dan mematahkan jihad mereka.
Bila hal ini sudah jelas diketahui, maka ketahuilah bahwa manusia dalam hal ini antara ifrath (berlebih-lebihan) dan tafrith(teledor), di mana sebagian mereka berlebih-lebihan di dalamnya, sampai ia tertimpa kelumpuhan total dan sampai ia takut dari bayang-bayangnya serta ia mengira setiap teriakan diarahkan terhadapanya, dan di antara mereka itu ada yang meninggalkan dakwah dan jihad setelah sebagian keterpurukan yang menimpanya akibat dia tafrith dalam hal ini, dan ia setelahnya beralih arah kepada sikap ifrath serta pada akhirnya ia berinteraksi dengan musuh-musuh Allah seolah mereka itu - semoga mereka gagal dan rugi – megetahui rahasia dan apa yang disembunyikan (hati), dan ia tidak berdaya dihadapan teknologi modern serta ia terbius oleh kemampuan-kemampuan alat-alat itu dalam pengorekan berita, pencurian info dan pengintelan sehingga ia hampir tidak menggunakan komputer atau telepon atau alat-alat komunikasi lainnya, dan andaikata ia bisa menggunakan merpati pengirim surat tentu ia tidak menggunakan yang lainnya.
Padahal masalahnya tidak butuh melebihi sedikit saja dari keahlian terhadap sarana-sarana ini untuk menjauhi akibat-akibatnya dan kerusakan-kerusakannya ditambah keahlian lain terhadap metode-metode tipu daya, pengecohan dan penghilangan jejak terhadap musuh-musuh Allah, agar senjata makan tuan.
Adapun kita meninggalkan sarana-sarana ini dan tidak menggunakannya untuk dakwah dan jihad dengan alasan bahwa ia bisa disadap dan disusupi, atau kita bersikap berlebihan dalam kekhawatiran dan ketakutan dari hal itu tanpa alasan yang menuntut, maka itu adalah keterkaparan dan kekalahan di hadapan gemerlap teknologi musuh-musuh Allah dan keindahan luar kemampuan mereka.
Saya pernah berkunjung ke rumah sebagian pemuda setelah dia keluar dari ujian penjara yang mana sebagian mereka di dalamnya mengakui terhadap sebagian yang lain dalam penyidikan, belum saja saya duduk tiba-tiba langsung saja dia berdiri ke arah radio kemudian menyalakannya dengan suara yang mengganggu, maka saya berkata kepadanya : “Apa urusan kita dengan radio, matikan saja agar kita bisa berbincang-bincang,” ia berkata : “Ini penting untuk mengkaburkan alat-alat penyadap bila ia ada !” maka saya berkata : “Rumah adalah rumahmu dan pembicaraan juga adalah bersifat kekeluargaan bukan tentang keamanan, bukan pula tentang perang, dan bukan pula tentang dakwah, dan perbuatanmu ini hanyalah mengganggu kita sendiri”.
Sebagian mereka bila mengajakmu bicara di telephon, ia berlebihan dalam menggunakan penyamaran dan kode-kode dalam hal yang tidak perlu dan tidak berhak akan hal itu, sampai ia menjadikan ucapannya seperti rumus-rumus yang menarik perhatian lagi penasaran, dan bahkan kamu susah bisa untuk memahami apa yang ia inginkan, dan seandainya musuh-musuh Allah mendengar kode-kodenya itu, mereka membesar-besarkannya dan tentu mereka menduga bahwa dibaliknya ada opersi-operasi yang lebih dasyat dari serangan-serangan ke New York dan Washington, padahal materi pembicaraan itu amat sepele dan kadang tidak penting, lagi tidak butuh kode-kode dan rumus segala.
Pada banyak keadaan, kadang terang-terangan dengan ucapan adalah lebih utama, karena tidak ada masalah di dalamnya dan tidak butuh untuk menggunakan pengecohan di dalamnya, namun demikian sebagian orang-orang yang berlebih-lebihan lebih mengutamakan kesamaran dan sikap keterlaluan dalam pengkaburan; umpamanya seseorang dari mereka menelponmu seraya berkata : “Pada saya ada amanat buatmu”, atau “ Saya ingin kamu hadir untuk hal penting“, dan ternyata amanah itu hanya sebungkus kue atau baju atau botol minyak wangi yang padahal tidak ada masalah untuk terang-terangan di dalamnya, dan juga ternyata hal penting itu adalah undangan makan siang atau makan sore, namun orang-orang yang berlebih-lebihan itu menyukai pensamaran dan tipuan sinema, dan mereka tidak mengetahui bahwa hal itu dalam keadaan-keadaan ini justeru membahayakan dan tidak manfaat, terutama bila komunikasi mereka itu kepada orang-orang yang dipantau oleh aparat keamanan yang mana musuh-musuh Allah itu memperhitungkan mereka terhadap setiap ucapan. Bila mereka itu ditangkap tentu musuh-musuh Allah itu tidak mempercayai mereka, walaupun mereka bersumpah di hadapan mereka itu dengan sumpah sungguhan bahwa amanah itu adalah hal-hal yang tadi disebutkan, atau bahwa pertemuan itu adalah makan siang atau makan malam, dan musuh-musuh Allah itu tidak akan membiarkan mereka sampai mereka mencabuti kuku-kuku mereka dan merobek-robek kulit mereka agar mereka menyerahkan senjata-senjata dan bahan-bahan peledak, dan agar mereka mengakui pertemuan militer atau pertemuan organisasi yang penting yang ada di balik rumus-rumus dan kode-kode itu.
Sebagian mereka mengakui di hadapan musuh-musuh Allah terhadap komunikasi-komunikasinya yang bisa jadi membahayakan dia dan ikhwannya tanpa sedikitpun pukulan atau ancaman dengan dalih bahwa ia mendengar atau membaca tantang teknologi modern yang mampu menyadap intonasi suara orang yang dicari bila mereka membeberkannya lewat satelit di telepon-telepon dunia !! dan seolah komunikasi dia itu berputar sekitar senjata-senjata pemusnah massal !! dan karenanya ia merasa keberatan dari dusta terhadap mereka, karena kedustaannya akan terbongkar lewat sarana teknologi itu, dan saya tidak tahu apa bahaya terhadap orang muslim bila kedustaan dia terhadap mereka itu diketahui dan terbongkar mereka ? atau ia menunggu dari mereka SKKB, ataukah ia merasa malu dari berdusta terhadap makhluk Allah yang paling dusta, paling busuk dan paling khianat, padahal dusta dia itu bila terjadi maka adalah untuk melindungi dakwah dan jihadnya, serta untuk menghindarkan kedzaliman dari dirinya dan ikhwannya, adapun kedustaan mereka yang mendasar maka dalam rangka untuk memberangus dakwahnya dan menghabisi jihadnya serta untuk mendzalimi dia dan ikhwannya.
Bila ini adalah contoh-contoh dari pengaruh-pengaruh negatif ketercengangan sampai batas bertekuk lutut di hadapan teknologi modern dan kemampuan musuh-musuh Allah, dan sedikit dari pengaruh-pengaruh ifrath dan berlebih-lebihan dalam pensamaran(berkamuflase) dan rasa khawatir atau kehati-hatian sampai pada batas was-was, tanpa ada kebutuhan dan dalam hal yang tidak ada guna di baliknya.
Maka di sisi yang berlawanan, sebagian orang telah bersikaptafrith dalam hal yang penting ini dengan tafrithyang besar, dia menelantarkannya dan tidak mengindahkannya secara total, di mana engkau bisa melihat rahasia-rahasianya tertulis, catatan-catatannya, pertemuan-pertemuannya yang penting, rencana-rencananya, rincian-rinciantandhimnya, pendanaan dan ifaqnya, semua itu dan yang lainnya tertuang di atas kertas di zaman teknologi, dan dengan rincian-rinciannya secara gamblang tanpa pensamaran atau kode. Bila datang kepadanya surat penting yang bersifat peringatan atau tandhim atau keamanan, maka surat itu tetap di sakunya –saya tidak tahu apakah itu untuk kenang-kenangan !!- berhari-hari dan berpekan-pekan, atau surat itu berada berbulan-bulan dan kadang bertahun-tahun tanpa dimusnahkan; menunggu musuh-musuh Allah supaya surat itu menjadi buruan yang berharga bagi mereka dalam awal penggeledahan rumahnya atau penangkapannya yang secara tiba-tiba, sehinga ia dengan sebabnya tidak bisa mengelak ke kanan atau ke kiri dalam penyidikan, dan keteledorannya ini menjadi penyebab ketertangkapan ikhwannya dan penggagalan kegiatan atau jihad mereka, atau engkau melihat dia berinteraksi bersama sarana-sarana komunikasi dengan kepercayaan yang buta, dan bila sebagian ikhwannya menghati-hatikannya atau menasehatinya untuk hati-hati dan siaga atau untuk menyembunyikan pembicaraan tentang ziarah atau pertemuan atau untuk membakar surat setelah ia baca atau untuk tidak menyimpan nama-nama dan alamat-alamat secara sebenarnya dan lengkap di lembaran-lembaran atau tempat-tempat yang kemungkinan jadi obyek pemeriksaan musuh-musuh Allah atau bersama sosok-sosok yang ada kemungkinan disidik dan ditangkap, maka ia mengherankan hal itu dan mengingkarinya dan bisa jadi ia menganggapnya sebagai kepengecutan dan aib…, maka saya tidak tahu apa yang dikatakan orang semacam ini, seandainya ia melihat sebagian ikhwannya bersembunyi di dalam goa kecil yang penuh dengan lobang-lobang ular yang tidak mencukupi kecuali bagi dua orang saja saat ia dicari orang-orang kafir…?! Tidak ragu bahwa aib seperti hal ini tidaklah muncul, kecuali dari kalalaian dari sirah Rasulullah saw dan ketercelupan dalam hidup santai, dan jauh dari kehidupan jihad dan ‘amal yang serius bagi dienullah, serta kecenderungan kepada ketentraman yang palsu yang dirasakan oleh keumuman manusia dan orang-orang hina dan yang dipropagandakan oleh para thoghut dan anshar mereka.
Tafrith, penyepelean dan ketidakpedulian ini telah menghantarkan banyak percobaan kepada kegagalan dan keterpurukan yang menyedihkan orang-orang Islam dan menyenangan musuh-musuh Allah, kemudian mereka membesar-besarkannya dan menjadikan dari kegagalannya keberhasilan-keberhasilan dan kemenangan-kemenangan bagi alat-alat keamanan mereka terhadap teror, padahal sebenarnya bahwa sebab kegagalan itu bukanlah kecerdikan musuh-musuh Allah dan bukan pula kecermatan aparat keamanan mereka akan tetapi tafrith dan pengabaian percobaan-percobaan itu terhadap sisi ini.
Alangkah sedih dan pedihnya saya, saat melihat sebagian orang yang tidak menerima nasehat dalam masalah-masalah ini dari kalangan para pemuda yang tidak belajar dari percobaan-percobaan orang lain dan tidak mengambil pelajaran dengan keterpurukan-keterpurukan mereka kemudian mereka malah mengulang ketergelinciran-ketergelinciran mereka dan melakukan kesalahan-kesalahan yang sama. Bila salah seorang mereka berniat melakukan operasi jihad dan ia memiliki senjata, maka ia tidak merasa cukup dengan memperlihatkannya kepada setiap orang yang ia jumpai, bahkan ia memberitahukan kepada mereka cita-citanya, impian-impiannya dan rencana-rencananya dalam ‘amal jihadiy kemudian ia tidak tahu setelahnya dari mana datang keterpurukan dan bagaimana cita-cita dan rencana-rencananya kembali dengan kegagalan !!.
Membuat saya sedih realita di mana ahli dunia dari kalangan organisasi-organisasi bumi (anshar thaghut dan yang sejenisnya, ed.) sangat menguasai dasar-dasar kegiatan militer dan pondasi-pondasi keamanannya, di mana engkau melihat mereka bila hendak beroperasi tidak mengabarkan tentangnya dan target-target sasarannya dan tidak memberitahukan tentang perlengkapan dan senjatanya, kecuali kepada para pelaksana saja dan menjelang pelaksanaan beberapa saat saja yang tidak memungkinkan bocornya sesuatu dari kabar-kabar operasi mereka, dan para pelaksana juga tidak mengetahui lebih dari sekedar apa yang mereka butuhkan berupa informasi untuk melaksanakan tugas mereka. Adapun sumber-sumber senjata dan tempat-tempat penyimpanannya, siapa yang memasok dan menyerahkannya kepada mereka, dan apakah ada yang lain dan apakah di sana ada target-target lain yang akan diemban oleh teman-teman mereka serta yang lainnya, maka ini semua termasuk hal yang tidak usah diketahui dan dianggap tanggung jawab keamanan yang tidak sah orang yang menghormati ‘amal militernya memikulkannya kepada orang yang tidak berkepentingan, oleh sebab itu kesalahan-kesalahan dan keterpurukan pada saat kegagalan operasi-operasi semacam ini bersifat terbatas, beda halnya dengan keterpurukan yang mematikan yang melalap setiap orang disekitarnya dengan sebab sikap sembrono sebagian orang-orang yang ngawur yang masuk ke medan dan kegiatan militer dengan serabutan dan kedunguan, padahal orang muslim adalah orang yang lebih layak dengan keprofesionalan, keteraturan, kehati-hatian dan kesigapan dalam masalah ini, karena sirah Rasulullah saw dan para sahabatnya sangat sarat dengan rambu-rambu dan pengalaman-pengalaman yang agung dalam bab ini yang telah lalu pengisyaratan-pengisyaratan kepadanya, sedangkan jihad itu amat butuh kepada singa-singa dan rajawali-rajawali bukan kepada burung-burung pipit dan burung-burung kutilang.
Di antara bentuk tafrith dalam bab ini juga adalah bahwa sebagian para pemuda berinteraksi dengan senjata setelah Allah membimbingnya ke jalan ini sebagaimana ia berinteraksi dengannya di masa-masa jahiliyyahnya dengan bersandar pada kesombongan suku dan kabilahnya yang telah kami bahas di renungan yang lalu; di mana engkau melihat dia tidak merasa bermasalah dari menampakkan kepemilikannya, dan engkau lihat dia berputar-putar dengan mobilnya dan berkeliling ke sana ke sini dengan membawa senjata otomatisnya, bahkan bisa jadi sebagian bom dan peluru dengan penampakkan yang amat aneh, ia memperlihatkan kepada orang ini dan menampakkannya kepada orang itu. Bila engkau mengingatkannya atau menghati-hatikannya dan menasehatinya bahwa penampakan ini tidaklah pantas bagi para penempuh jalan ini, dan bahwa hari-hari jahiliyyahnya telah berlalu, dan telah ganti serta berubah terhadapnya pandangan musuh-musuh Allah dengan sekedar nampaknya beberapa helai jenggot di wajahnya, atau dengan kedekatan dia dari sebagian pengusung gerakan jihad serta hubungan dia dengan mereka; maka ia menganggap nasehatmu tidak layak dan ia menganggap itu aneh serta ia tidak menyadarinya, kecuali setelah nasi menjadi bubur, dan bisa saja dia menuduhnya sebagai sikap takut dan kepengecutan, serta dia berkata tidak usah berlebih-lebihan karena urusannya biasa saja …, kemudian bila dia ditangkap dan diberi cobaan dengan sebab tafrithnya ini, maka urusannya bagi dia tidak lagi biasa dan bahkan tidak pula (otomatis), akan tetapi biasanya macam orang seperti ini berbalik setelah cobaan ini ke sisi ifrath yang lalu, di mana engkau melihatnya ketakutan dari bayangannya lagi down di hadapan teknologi modern lagi trauma dari kemampuan musuh-musuh Allah yang dasyat dan badan-badan intelejen mereka yang mengerikan yang bisa membongkar senjata-senjata dan bom-bom dia yang nampak terbuka….!!
Ia silau oleh musuh-musuh Allah dan ia membesar-besarkan kemampuan aparat keamanan mereka dengan cara menyandarkan keterjatuhan dia kepada kelihaian musuh-musuh Allah, kebusukan mereka dan kekuatan intelejen mereka, tidak kepada kedunguannya dan petantang-petentengnya serta keteledorannya.
Sedangkan Al haq itu tidak bersama tafrith dia sebelumnya dan tidak pula bersama ifrathnya setelahnya, akan tetapi bersama pertengahan dalam hal itu semua, maka sudah sepatutnya orang-orang yang meniti jalan ini meningkatkan diri pada level jihadnya yang agung dan menguasai pengetahuan mengenai tipu daya musuh-musuhnya, serta menggunakan sebab-sebab kehati-hatian, kesiap-siagaan, keamanan dankitman tanpa ifrath dan tanpa tafrith, saya memohon kepada Allah ta’ala untuk menolong wali-wali-Nya dan menghinakan musuh-musuh-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar