Jumat, 10 April 2009

WAWANCARA EXKLUSIF DENGAN SYAIKH ABU MUSH'AB AZ-ZARQOWI

WAWANCARA EXKLUSIF DENGAN SYAIKH

ABU MUSH'AB AZ-ZARQOWI

Muqodimah

Adalah para ikhwan yang bertugas di bagian media Tandzim Al-Qoidah di Iraq, kurang lebih setahun yang lalu telah meminta kepada Syaikh Abu Mush'ab Az-Zarqowi agar bersedia melangsungkan wawancara guna menjawab beberapa pertanyaan yang di ajukan oleh bagian media. Akan tetapi Syaikh berkata kepada mereka bahwa beliau akan beristikhoroh terlebih dahulu sebelum menjawab permintaan tersebut

Kemudian setelah berlalu beberapa waktu, datanglah jawaban yang di tunggu-tunggu tersebut. Beliau menyetujui permintaan mereka, lengkap dengan mengundang koresponden bagian media Tandzim Al-Qoidah yang ada di Iraq waktu itu yaitu Al-Akh Abul Yaman Al-Baghdadi rahimahullah.

Adapun pertemuan waktu itu berlangsung dalam bentuk tanya jawab, di mana Al-Akh Abul Yaman Al-Baghdadi turut serta dalam perbincangan panjang bersama beliau.

Kepada seluruh ikhwan, Muasasah Al Furqon Untuk publikasi hasil media mempersembahkan wawancara ini yang diambil dari arsip milik para ikhwan yang bertugas di bagian media tandzim al-qoidah di iraq.

Sambil memohon taufiq dan kelurusan kepada Allah yang agung sebutan-Nya dalam seluruh urusan kita, Dialah yang dimintai pertolongan dan kepada-Nyalah bertawakal.

Berikut ini adalah teks wawancara tersebut.

Abul Yaman : Siapa sebenarnya Abu Mushab?

Syaikh Abu Mushab : Ya Allah tidak ada kemudahan kecuali apa yang Engkau jadikan mudah, dan Engkau jadikan kesedihan itu kemudahan jika Engkau berkehendak. Saudara kalian karena Allah, seorang hamba yang butuh ampunan Rabbnya Ahmad Fudhoil Nizal Al-Kholaylah keturunan bani Hasan yang ada di Yordania.

Soal : Kapan awal mula anda mulai aktif dalam kegiatan beragama?

Jawab : Di akhir tahun 80-an M, tepatnya di Masjid Husain bin Ali yang berada di kota Zarqo', kemudian setelah enam bulan aku beriltizam aku berangkat ke Afghonistan dimana saat itu daerah tersebut adalah bumi jihad.

Soal : Aliran agama yang anda yakini waktu itu apakah punya pemahaman tertentu atau pemahaman pada umumnya?

Jawab : Para pemuda yang menunjukiku pada jalan hidayah mereka itu pemahaman agamanya umum layaknya masyarakat. Seperti Anda tahu, seseorang sebelum beriltizam tidak bisa membedakan antara manhaj-manhaj yang ada. Akan tetapi secara umum pemahamanku kala itu adalah pemahaman umum.

Soal : Apakah disana ada pribadi tertentu yang berpengaruh pada diri anda sebelum hidayah?

Jawab : Tidak, disana tidak ada satu pribadipun yang banyak memberikan pengaruh dalam diriku sebelum iltizam. Adapun yang mendorongku untuk aktif beragama adalah peristiwa-peristiwa yang ku alami yang mengancam kepada kehancuran dan kematian, maka aku merasa bahwa Allah SWT memperingatkanku, maka setelah itu aku mendapat petunjuk dan komitmen pada jalan Islam.

Soal : Berpindah dari beragama yang umum kepada puncak Islam yakni Jihad, bagaimana hal itu terjadi?

Jawab : Selama keberadaanku berada bersama ikhwan di masjid kala itu, adalah aku -denagn karunia Allah- selalu menjaga sholat jama'ah. Dan para ikhwan selalu bercerita tentang kabar-kabar jihad di Afghonistan, dan dari sana juga datang kaset-kaset ceramah Syaikh Abdullah Azzam rohimahullah yang banyak memberikan pengaruh kepadaku dalam memahami jihad. Dan datang pula disana majalah Al jihad dan beberapa film-film video yang banyak memberikan pengaruh dalam diriku dan menjadikanku diantara pemuda yang tamak untuk segera berangkat ke medan-medan jihad di Afghonistan. Maka aku bulatkan tekad untuk hijrah meninggalkan istriku, dimana usia pernikahanku waktu itu dini sekali kurang lebih baru dua bulan, dan umurku waktu itu 23 tahun.

Soal : Berangkat ke Afghonistan, bagaimana ceritanya ?

Jawab : Aku memperoleh visa dari pemerintahan Yordania, karena waktu itu memang dimudahkan oleh pihak pemerintah atas perintah Amerika. Sehingga pemerintah mempermudah keberangkatan para pemuda ke Afghonistan dalam rangka menghancurkan Uni Sovyet dan menghentikan langkahnya untuk menguasai migas, sebagaimana angan-angan Rusia kala itu. Anda tahu bahwa dunia waktu itu terbagi dua dibawah kekuasaan militer kapitalis dan sosialis komunis. Keduanya saling berlomba untuk menguasai daerah-daerah jajahan apalagi di Timur Tengah. Karena negara-negara Arab pada umumnya tunduk dibawah blok barat (kapitalis), maka serta merta mereka mengumumkan jihad melawan Uni Sovyet, dan dari sanalah akhirnya negara-negara tersebut memudahkan jalan menuju Afghonistan. Kedatanganku disana pada tahun 1989 M setelah tinggal disana selama tiga tahun aku kembali ke Yordania pada tahun 1992 M.

Soal : Apa yang menyebabkan anda keluar dari Afghonistan ?

Jawab : Ketika itu kita berada di Afghonistan sangat disayangkan –Subhanallah- faksi-faksi mujahidin saling berperang sendiri setelah jatuhnya Kabul. Kami melihat sebagian faksi jihad jauh dari manhaj yang lurus maka kami putuskan keluar dari Afghonistan untuk mencoba melakukan sesuatu di negeri syam, khususnya di Palestina dan Yordania.

Soal : Kalau begitu kepulangan anda adalah upaya untuk memindahkan experimen jihad Afghon ke negeri Syam, akan tetapi apa hasil dari experimen yang anda terjuni di Yordan?

Jawab : Ketika kami kembali ke Yordania, kami memiliki semangat yang menggebu, hal ini jelas, namun kami juga merasakan minimnya pengalaman dan lemahnya experimen karena kami belum menerjuni experimen yang memadai.

Soal : Apakah bentuk experimen waktu itu, murni militer atau apa?

Jawab : Tentu, satu bentuk experimen militer, dalam experimen tersebut terlalu berlebihan-lebihan dalam memilih berbagai seni bertempur, tanpa disertai perangkat yang kuat dalam aspek-aspek tandzim maupun struktur yang sesuai dengan syareat yang mesti diperhatikan. Kita hendak melaksanakan jihad sedapat mungkin, terkadang tergesa-gesa dalam beberapa hal, di sana ada beberapa kekurangan dalam hal intelijen disebabkan lemahnya pengalaman berorganisasi dan minimnya experimen jihad kala itu. Inilah yang bisa saya sebutkan khusus masalah experimen yang kuterjuni bersama beberapa ikwan yang memutuskan untuk memindahkan upaya tersebut ke Yordania. Ternyata waktu 3 tahun di Afghonistan belumlah cukup.

Soal : Apa manfaat yang anda dapatkan dari jihad di Afghonistan dan apa madhorotnya?

Jawab : Sebaliknya, kami mendapaatkan manfaat dari jihad di Afghonistan, hal ini tidak diragukan. Adapun kekurangannya adalah disebabkan sikon yang ada di Afghonistan waktu itu, dimana disana adalah kehidupan front, jihad secara umum melawan tentara kafir, kita berada dalam waktu yang lama di fron-fron dan tidak ada agenda yang teratur dimana anda bisa berada ditengah-tengah jamaah yang memulai dengan tarbiyah jihadiyah mencakup tarbiyah syar'iyah dan tandzimiyah, disana hal tersebut sedikitpun tidak kita jumpai. Akan tetapi di sana yang ada hanyalah camp-camp pelatihan kemudian anda terjun ke fron-fron untuk beribath dan bertempur saja.

Soal : Apa sisi-sisi persamaan dan perbedaan antara kondisi sekarang di Iraq dan di Afghonistan ketika jihad melawan rusia?

Jawab : Waktu di Afghonistan belum terbuka peluang untuk mengorganisir secara rapi dan mendidik personal secara sistematis. Sementara di Iraq saat ini , experimen dari sisi ini sudah jauh lebih baik, barangkali diantara sebabnya adalah para mujahidin telah mengambil ibrah dari experimen terdahulu.

Selama rentang waktu berikutnya –setelah Tholiban berkuasa- experimen telah matang, experimen yang lalu cukup untuk mematangkan dan menjelaskan kepada rakyat banyak bagaimana melaksanakan jihad yang benar. Hal ini jelas, maka sejak kami keluar dari Afghonistan tahun 1992 M sampai hari ini telah ada perbedaan yang cukup banyak.

Soal : Selang berapa lama masa itu dengan Anda saat ini ?

Jawab: 11 tahun, rentang tersebut sudah cukup untuk menjadikan kami matang dalam menilai persoalan dan mensikapi peristiwa-peristiwa yang terjadi.

Soal : Apakah ini merupakan sebab pokok ataukah sebab terpenting?

Jawab : Sesungguhnya jihad Afghon memiliki pilar-pilar, akan tetapi tidak diragukan bahwa jihad di Iraq dalam jangka waktu yang singkat saja mampu menimpakan bencana terhadap orang-orang kafir -dengan karunia Allah- dan memberikan petaka yang dasyat atas mereka. Dengan di sertai cacatan penting bahwa potensi-potensi yang ada di medan jihad Iraq tidak di didapati di Afghonistan.

Soal : Apa urgensi kejelasan manhaj dan keistiqomahan berpegang pada kitab dan sunnah dalam perjalanan jihad bagi sebuah gerakan?

Jawab : Manhaj yang jelas penting bagi gerakan jihad manapun yang hendak berjihad fie sabilillah. Sebuah gerakan jihad harus menentukan targetnya sebelum melangkah, kenapa dia berjihad ? dan atas dasar apa dia berjihad ?

Soal : Apa kesalahan terpenting yang ada pada jihad Afghon ketika melawan Rusia ?

Jawab : Orang saat itu berperang dalam rangka menggulingkan rezim komunis dan menegakkan syareat Allah Azza wa Jalla, target dari sisi ini memang jelas. Akan tetapi tampak jelas bagi kita bersamaan perjalanan waktu bahwa kebanyakan jamaah-jamaah jihad yang ada ternyata manhajnya melenceng. Tapi di sini harus dibedakan, karena ada juga kelompok-kelompok jihad yang memiliki manhaj yang lurus, harus dipisahkan antara niat yang baik dan manhaj yang benar dan kita tidak akan mencampuri urusan niat. Sehingga boleh kita katakan bahwa kekurangannya ada dalam masalah visi, inilah yang menyebabkan mereka mau menerima orang sekuler, komunis, juga jihad bersama orang nasionalis. Mereka tidak tegas sejak awal sehingga pada akhirnya menghadapi berbagai persoalan yang pelik.

Mayoritas ikon dari para pemimpin jihad saat itu adalah "ikhwanul muslimin" atau sekuler yang mengaku berjihad seperti Sayyaf, Robbani, Hekmatiar dan Ahmad Syah Masud. Oleh sebab itulah manhaj mereka ini tidak jelas meskipun mereka beranggapan bahwa ingin memberlakukan syareat.

Hal tersebut disebabkan karena Afghonistan memiliki keistimewaan dibanding negeri-negeri Islam lainnya, yaitu bentuk komitmen dan cinta penerapan syareat. Tabiat masyarakat Afghon sangat terjaga, inilah yang menyebabkan suasana umumnya terasa Islam. Akan tetapi dari sisi manhaj belum tertancap betul pada mereka dengan jelas, maka apa hasil akhirnya ?

Para pemimpin jihad –yang bermanhaj menyimpang- menampakan pengkhianatannya setelah itu seperti Sayyaf, Robbani dan Ahmad Syah Mas'ud dan bersekongkol dengan orang-orang Budha, Hindu dan dengan orang-orang Amerika, mereka menerima Amerika dan tidak menerima Tholiban.

Soal : Apa bedanya Tholiban dengan yang lainnya ?

Jawab : Tholiban berbeda dengan pemimpin-pemimpin jihad yang awal yang kebanyakannya bergabung pada 'kelompok harakah ikhwani' berbeda dengan Tholiban, yang mayoritas berstatus sebagai para "Mulah"

Karena Tholibaan ini berasal dari gerakan agama, pemilik manhaj madrasah Diyubandiyah makanya berbeda dengan madrasah ikhwan, oleh karena itu mereka tidak mau menerima Tholiban tapi justru bergabung bersama Amerika.

Sangat disayangkan sekali, ini tidak menunjukkan kecuali rusaknya manhaj yang mereka miliki. Akan tetapi kerusakan manhaj ini belum kelihatan pada awal mulanya, kemudian setelah beberapa waktu, ketika tersingkap hal-hal yang tersembunyi, ketika ujian tiba maka tersingkaplah hakekat dan terbelahlah barisan itu.

Soal : Sebaliknya orang-orang yang mengamati anda saat ini bertanya, apa manhaj anda ? Apa agenda politik anda ? Dan apa yang ingin anda raih ?

Jawab : Adapun agenda politik kami -sebagaimana sebagian orang menyebutnya(istilah politik)- terkumpul secara terperinci dalam sabda nabi saw : "Aku di utus di akhir jaman membawa pedang sampai Allah Taala saja yang diibadahi."

Diantara hal yang perlu disebutkan disini, bahwa kami tidak mengakui politik menurut definisi sebagian gerakan-gerakan yang berpaham nasionalis yang menjunjung syiar Islam akan tetapi masuk ke parlemen dan ikut serta bersama para thoghut menduduki jabatan-jabatan politik yang mengundangkan selain syareat Allah.

Sebagaimana program-program politik yang dimiliki oleh sebagian gerakan Islam, di dalamnya ada beraneka ragam kesesatan dan aneka penyimpangan -kita memohon kepada Allah agar di selamatkan dari hal tersebut- Mereka melakukan praktek-praktek yang sangat jauh dari tuntunan dien.

Sebagaimana telah saya sebutkan di depan bahwa agenda politik kami adalah sabda nabi saw : "Aku di utus di akhir jaman membawa pedang sampai Allah saja yang diibadahi." Sebagaimana kita saksikan bahwa Rasulullah saw di utus membawa pedang sampai Allah saja yang diibadahi, inilah yang membatasi agenda politik kami. Kita akan berperang di jalan Allah sampai tegak syareat Allah, yang pertama kali akan kita lakukan adalah mengusir musuh dan kemudian mendirikan negara Islam kemudian kita akan bergerak membebaskan negeri-negeri kaum muslimin untuk dikembalikan ke pangkuan Islam. Kemudian setelah itu kita akan memerangi orang-orang kafir sampai mereka menerima salah satu dari 3 pilihan (Islam, bayar jizyah atau diperangi).

Aku di utus diakhir jaman membawa pedang inilah agenda politik kami.

Demi Allah kalau sekiranya bangsa Amerika tidak memerangi kami atau bangsa Yahudi tidak menjajah negeri-negeri kami tentu tetap utama bagi kaum muslimin untuk tidak ketinggalan dari melakukan jihad tholab (opensif) sampai syareat Allah diterapkan disetiap jengkal tanah dan Islam tersebar ke setiap penjuru.

Inilah yang dilakukan oleh Rasulullah saw ketika beliau keluar dari Makkah menuju Madinah. Setelah beliau mendirikan negara Islam beliau menyebarkan Islam ke timur, barat, utara dan selatan belahan bumi..

Jadi agenda politik kami saat ini adalah mengusir musuh yang menginvasi -ini yang pertama– adapun setelah itu adalah mendirikan negara Islam di muka bumi, aku di utus di akhir jaman membawa pedang sampai Allah saja yang diibadahi.

Secara garis besar hadits ini dari permulaan hingga akhirnya menjadi pembatas rambu-rambu jalan kami.

Adapun orang-orang yang memaksudkan agenda politik dengan isthilah baru yang menyelisihi syareat seperti politik yang di dalamnya kompromi dengan orang kafir, menawar urusan aqidah yang sudah baku dan normalisasi masalah bara' kepada orang kafir maka ini adalah politik yang menyimpang yang tidak boleh dikategorikan sesuai dengan syareat, karena ia sendiri memyelisihi syar'i dan tidak boleh disandarkan kepada syareat.

Soal : Jika demikian tidak salah John abu Zaid (komandan pasukan koalisi) ketika berkata tentang Al-Qoidah: ” sesungguhnya Al-Qoidah akan berusaha selama seratus tahun untuk berkuasa dimuka bumi"

Jawab : Tidak ada yang kami rahasiakan jika kami mengatakan bahwa kami akan berusaha menyebarkan keadilan Islam diseluruh permukaan bumi, dan menghapus gelapnya kekafiran dan aniayanya agama-agama, kami memohan kepada Allah Azza wa jalla agar menjadikan kami pioner bagi umat ini dalam berperang demi tujuan tersebut. Dan semoga Allah menganugerahkan kepada kami kesempatan sampai kami bisa mengusir musuh yang menjajah, kemudian mengembalikan hak-hak kaum muslimin dan membersihkan negeri mereka dari kotoran kufur dan syirik, kemudian setelah itu menyebarkan dienullah di muka bumi. Kami merasa tidak ada yang perlu ditutupi untuk menjelaskan masalah ini, karena hal ini adalah perintah yang Allah wajibkan kepada kita juga kepada seluruh hamba-Nya.

Soal : Mengapa anda selalu menegaskan tentang wajibnya jihad di Iraq?

Jawab : Setiap muslim wajib komitmen terhadap perintah-perintah Allah Azza waJalla sebagaiman yang Dia kehendaki dan perintahkan, yaitu agar setiap muslim berusaha untuk menerapkan syari'at Allah AzzawaJalla seperti usaha untuk menunaikan sholat, zakat dan haji, sebagaimana ini semua adalah termasuk kewajiban dan syiar Islam yang diwajibkan kepada seorang muslim maka demikian juga dengan jihad fie sabilillah merupakan kewajiban dari sekian kewajiban yang ada dalam Islam.

Jihad pada dasarnya adalah fardhu kifayah, akan tetapi akan menjadi fardhu 'ain pada tiga kondisi –diantara mereka ada yang mengatakan empat- yang masyhur adalah tiga; jika musuh masuk negeri kaum muslimin maka jihad menjadi fardhu 'ain, juga jka ada mobilisasi dari imam, dan juga kalau dua pasukan bertemu.

Kondisi yang pertama –yaitu masuknya musuh kenegeri kaum muslimin atau serangan yang mereka lancarkan keatasnya- adalah kondisi terberat yang menjadikan jihad menjadi fardhu 'ain.

Inilah kondisi yang dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taymiyah Rohimahullah: (Tidak disyaratkan padanya syarat apapun).

Jangan disangka bahwa Syaikhul Islam memaksudkan tidak disyaratkannya syarat apapun bagi jihad difa' (defensif), bahwa kita boleh berperang dibawah panji apapun, tanpa ketentuan apapun, akan tetapi yang beliau maksudkan adalah tidak disyaratkannya syarat-syarat yang dikenal oleh para fuqoha', maka didalam jihad difa' seorang yang berhutang boleh keluar tanpa minta izin kepada yang menghutangi, seorang istri boleh keluar tanpa minta izin kepada suaminya, anak tanpa izin kepada kedua orang tuanya. Inilah maksud ucapan Syaikhul Islam: dan tidak disyariatkan baginya satu syaratpun.

Jihad kita saat ini adalah jihad dafushoil (mengusir musuh).

Orang yang melihat kondisi umat hari ini, akan melihat dengan jelas bahwa apa yang menimpa umat dari bentuk invasi salib yang keji itu tidak hanya berhenti dengan menjajah Irak, dan tidak akan berhenti sebelum menelan seluruh negeri Islam dan menjadikan seluruh penduduknya kristen, sebagaimana yang mereka angankan.

Dan telah diketahui bahwa infasi salib menjadikan Iraq sebagai target, tujuannya adalah memapankan bangsa Yahudi dan merealisasikan lamunan mereka dengan mendirikan negara Israel raya dari Nil sampai ke Furot, dan aqidah pemerintah Amerika dalam hal ini adalah jelas sekali karena dia meyakini bahwasanya tidak akan turun Al masih Mereka (Al Masih Dajjal) sebelum berdirinya negara Israel raya dan terjadinya perang Armagedon.

Dan diantara target meraka pula –cabang dari target awalnya- adalah menguasai langsung sumber-sumber minyak agar bisa mengatur harganya dan menghalangi negara manapun untuk masuk berlomba dengan Amerika.

Dan diantara plaining mereka adalah berpindah untuk menguasai langsung Jazirah Arab dan Syam bersamaan.

Oleh karena itu umat secara keseluruhan berkewajiban menolak invasi Zionis Salibis terhadap negeri-negeri kaum muslimin dan menghadang untuk menghentikan rencana ini, yang kalau berhasil –semoga Allah tidak menghendaki- maka kaum muslimin ketika itu berada dalam bahaya yang besar, dien dan eksistensi mereka terancam lenyap.

Oleh karena itu kami tegaskan bahwa jihad di Iraq adalah fardhu 'ain bagi kaum muslimin, dan kaum muslimin wajib membela saudara-saudara mereka di Iraq. Membantu mereka dengan harta, personal dan kekuatan apa saja yang mereka mampui.

Jihad di Iraq –sebagaimana aku katakan- adalah jihad daffushoil, atas dasar ini kami berpendapat: sesungguhnya tidak disyaratkan padanya satu syaratpun, ia fardu 'ain bagi setiap muslim yang mampu, ini yang pertama.

Yang kedua keluar untuk membela kaum muslimin Iraq adalah wajib bagi seluruh kaum muslimin. Allah Ta'ala berfirman {jika mereka meminta tolong kepada kalian}.

Soal : Disana ada orang yang menentang kedatangan ikhwan-ikhwan muhajirin Arab dan ikhwan lainnya untuk membantu saudara-saudara mereka di Iraq dan memerangi orang-orang salib, apa yang anda katakan tentang mereka-mereka ini?

Jawab : Mereka ini ada 2 golongan, pertama orang-orang bodoh yang tidak tahu tabiat dien ini atau kelompok kedua yaitu orang-orang yang berkepentingan yang hendak menghalangi para muhajirin untuk bergabung dengan para ikhwan anshor demi berperang fie sabilillah, sehingga jihad ini tidak bisa meluas dan bisa dikatakan jihad global.

Orang-orang yang menghalangi pembelaan terhadap kaum muslimin sebagaianya terhadap sebahagian yang lain adakalanya orang bodoh yang harus di beri tahu, adakalanya orang yang memiliki kepentingan maka kita bermohon kepada Allah agar menjaga kita dari kejahatan dan kedongkolan hati mereka.

Dan kita harus sama-sama tunduk pada hukum syar'i bahwa kaum muslimin wajib untuk keluar ke medan jihad membela muslim lainnya yang tertindas. Penting sekali kita harus sepakat bahwa negeri kaum muslimin negeri yang satu.

Adapun batasan yang dibuat oleh musuh -umat kafir- baik batasan geografis maupun peta yang mereka buat, kemudian atas dasar tersebut mereka membagi negeri Islam menjadi negara-negara boneka, maka kita tidak boleh mengakuinya, hasil perjanjian seisbiko berupa pembagian wilayah kedaulatan juga tidak boleh kita pakai.

Kita kaum muslimin umat yang satu, tanah air umat islam tanah air yang satu, kita berjuang demi kalimat la ilaha illallah, tidak sekedar demi negara, karena kita diperintahkan untuk membela umat Islam, keluar untuk menjaga perbatasan negeri Islam dan membela seluruh saudara seagama.

Inilah yang pokok yaitu seorang muslim menolong muslim lainnya.

Adapun ketetapan-ketetapan yang dibuat oleh penjajah, maka hal tersebut tidak ada keterangan sedikitpun dari Allah. Karena Iraq bukan milik orang-orang Iraq saja, tapi dia adalah negeri para shahabat, negeri ini dahulu di buka oleh nenek moyang kita dan direbut dengan darah umat islam. Para shahabat datang dari Makkah dan Madinah dan dari daerah lain seperti Yaman untuk membuka negeri ini, dan dari negeri ini mereka bergerak untuk menyebarkan Islam. Atas dasar ini maka prinsip yang kita pegang dalam masalah ini adalah bahwa bumi Islam baik Iraq atau yang lainnya adalah negeri Islam yang dikuasai oleh orang Islam dan harus di bela oleh seluruh kaum muslimin, dengan ragam warna kulit dan kebangsaan mereka.

Adapun pemaksaan model kebangsaan ataupuin nasionalisme terhadap jihad seperti yang di tetapkan oleh perjanjian seis biko maka ini tidak boleh kita terima selama kita masih hidup. Para mujahidin akan berusaha untuk menghancurkan berhala dan thoghut ini juga batasan wilayah ini. Karena ini pada prinsipnya adalah termasuk planing kaum salib dan siapa saja yang membuatnya, merekalah yang membuat batasan-batasan geografis yang palsu ini.

Kita katakan pada mereka bahwa kita umat yang satu, berperang demi La ilaha illallah, kita menolak batasan-batasan yang kalian buat, negeri Iraq milik seluruh umat Islam, negeri Mesir juga milik seluruh umat Islam juga negeri-negeri Islam lainnya.

Soal : Mengapa anda berpendapat bahwa jika jihad di Iraq berhenti maka umat akan jatuh terjungkir -sebagaimana anda jelaskan berkali-kali- ?

Jawab : Ketika musuh masuk menyerang Iraq, planingnya adalah melanjutkan invasi untuk menguasai Syam dan jazirah Arab, sebagaimana yang telah saya jelaskan, mengokohkan negara Israel Raya. Musuh menyangka bahwa planing ini -setelah jatuhnya pemerintahan Iraq dan angkatan bersenjatanya yang akan menguap dalam waktu yang singkat- akan berjalan mudah dan lancar, dan akan berjalan sesuai dengan apa yang mereka harapkan. Akan tetapi ketika mujahidin bangkit melawan musuh ini- dengan karunia Allah- mampu menghadang mereka dan membuyarkan angan-angannya.

Di sini musuh mulai berusaha menggunakan jalan lain sehingga bisa berhasil meraih apa yang mereka inginkan.

Bangkitnya mujahidin adalah nikmat yang agung dan kebaikan yang banyak, kalau bukan karena bangkitnya mujahidin tentulah terealisasi planing tersebut, Wallahu a'lam terhadap situasi di Syam dan jazirah Arab.

Kami meyakini bahwa mereka punya agenda untuk nmenguasai Iraq dan daerah lainnya. Invasi mereka ke Iraq bertujuan untuk menguasai Iraq dan selain Iraq, oleh karena itu wajib bagi kaum muslimin untuk membela saudaranya para mujahidin dan berdiri di sampingnya untuk memerangi musuh ini.

Lihatlah apa yang mereka lakukan terhadap kaum muslimin, bagaimana mereka membunuhi anak-anak, membiarkan hidup wanita-wanita, menodai kehormatan dan mengeruk harta kekayaan kaum muslimin.

Musuh melakukan kebiadaban-kebiadaban ini padahal ada mujahidin, bagaimana pendapatmu kalau sekiranya tidak ada mujahidin?

Maka keberadaan mujahidin merupakan perlindumgan keamanan dan garis pertahanan terhadap umat yang bisa menggagalkan –atau hampir menggagalkan– dengan karunia Allah rencana-rencana musuh. Kalaupun tidak paling kurang menghambat laju gerak musuh sehingga umat mampu menguatkan pijakannya, memperkuat persenjataannya, melenyapkan debu kehinaan yang menyelimutinya dan berkempatan berjihad fie sabilillah Azza wa Jalla.

Oleh karena itu jatuhnya mujahidin di Iraq, berakhirnya jihad di sana akan membawa dampak yang amat buruk atas umat.

Kita meyakini bahwa keberadaan mujahidin di Iraq adalah garis pertahanan terdepan bagi umat. Sesungguhnya Allah Ta'alla menganugrahkan kepada mujahidin dalam jihad kali ini mampu menyerang musuh, membunuh mereka dalam jumlah yang banyak dan memukul mereka sehingga banyak yang terluka. Oleh karena itu mujahidin adalah pelindung keamanan bagi umat dan benang pengikatnya yang kuat dalam menghadapi invasi salibis rafidhah kali ini.

Kami bertempur di Iraq demi memepertahankan Iraq dan selain Iraq, kita bertempur di Iraq tapi pandangan kami di Baitul Maqdis, kita bertempur di Iraq tapi pandangan kami di Makkah dan Madinah.

Maka kami dengan karunia Allah berperang di Iraq dan memohon kepada Allah agar bisa mengusir musuh agresor yang ada di seluruh tanah umat Islam.

Kalau musuh mampu melapangkan jalan untuk menguasai Iraq pasti mereka akan melakukan apa saja yang mereka mau terhadap umat Islam, oleh karena itu mereka mempercepat langkahnya untuk melapangkan jalan menguasai Iraq sehingga sempurnalah tamasya yang dilakukannya dalam rangka tujuan itu. Kemudian Allah memberikan karunia kepada umat Islam dengan adanya mujahidin yang menghadapi mereka sehingga mampu memperlambat laju "ular" yang bergerak cepat ini. Kami menyakini bahwa jika masa peperangan di Iraq berlangsung lama, maka hal ini akan membangkitkan umat dari tidurnya yang panjang. Tidak ada kemaslahatan bagi umat jika jihad di Iraq berhenti, semakin lama masa peperangan di Iraq maka semakin membangkitkan pemuda Islam dan menghidupkan ruh jihad didalam jiwa mereka.

Umat melihat dengan karunia Allah bagaimana putra-putranya menyerang musuh dan menikamnya di setiap tempat, menimpakan kerugian-kerugian kepada mereka dan menghantamnya dengan berbagai macam luka yang mereka rasakan, berkat karunia Allah.

Dengan semakin majunya mujahidin di bumi Iraq maka terangkatlah kehinaan dari umat ini, setiap kali mujahidin bergerak satu langkah kehinaan akan diangkat dari umat beberapa langkah, juga setiap kali mujahidin tertinggal satu langkah maka akan ditimpakan kehinaan pada umat dan akan mundur kebelakang beberapa tahun langkahnya.

Oleh sebab itu, demi kemaslahatan umat, jihad di Iraq harus terus berjalan dan umat Islam wajib untuk membantu mujahidin dalam bentuk logistik yang bisa digunakan sebagai bahan bakar keberlangsungan perang. Jihad ini sangat penting karena Amerika –dan orang-orang kafir dibelakangnya- berkat karunia Allah sudah mulai tampak tanda-tanda kejatuhannya.

Saat ini orang kafir –berkat karunia Allah- dalam kondisi jatuh dan tersungkur sementara Islam dalam kondisi merangkak dan naik. Merangkak naik ini kadang-kadang disertai berbagai bentuk ujian dan terkadang disana juga ada bentuk-bentuk kelambatan pada beberapa fasenya. Ini merupakan konsekwensi logis bagi sebuah pertarungan dan pertempuran. Terlebih melawan kekuatan militer yang besar dan peralatan media yang dahsyat yang dimiliki oleh musuh. Dari sini terkadang ada satu bentuk pengkaburan, penyesatan dan menghilangkan realita yang sebenarnya, akan tetapi di penghujung jalan akan tampak cacatnya musuh dengan izin Allah Ta'ala.

Soal : Apakah di sana ada bedanya antara umat diperintah oleh salibis dengan diperintah thoghut arab ? Dan di sana ada yang berkata : Anda saat ini berperang melawan tentara salib dan besok orang-orang sekuler yang memetik buahnya.

Jawab : Tidak di ragukan lagi bahwa rezim murtad yang saat ini memerintah negeri umat Islam adalah boneka kaum salibis, dan tidak diragukan lagi bahwa kaum salibislah yang mengangkat mereka dan tidak diragukan pula bahwa rezim murtad tersebut lebih kafir dari Yahudi dan Nashara.

Soal : Bedanya apa kalau begitu ?

Jawab : Pada masa lalu kaum salibis yang memerintah secara langsung, kemudian mereka meninggalkan kita setelah tidak mampu menghadapi perubahan dan revolusi di dunia internasional waktu itu, sebagai ganti dari proyek kolonialisme maka penjajah meninggalkan di belakang mereka para rezim sekuler yang meneruskan kepentingan kolonial yani menghapus syareat dan menyingkirkan islam, hal tersebut sebagai pengganti penjajah asing yang sudah tidak sanggup lagi, akan tetapi bersama perjalanan waktu ketika para penjajah tersebut melihat bahwa para rezim yang menggantikannya gagal untuk melakukan tugasnya maka penjajah kembali mengambil alih peran tersebut.

Saya tegaskan di sini sekali lagi kita tidak membedakan antara thogut arab dengan penjajah asing.(bersambung)

Fakta-Fakta Kebangkitan Islam dan Gerakan Jihad

Fakta-Fakta Kebangkitan Islam dan Gerakan Jihad 1930-2002

Umar Abdul Hakim Abu Mush’ab As-Suri

Persembahan

Buku ini saya persembahkan kepada orang-orang beriman dan para pemuda yang benar. Saya berpendapat, mereka melihat kekuatan kafir salib zionis yang dipimpin oleh Amerika semakin merangsek dan mengepung kita, bagaikan mengepung makanan di piring. Mereka telah membinasakan banyak nyawa, menginjak-injak kehormatan, mencaplok tempat-tempat suci, menguasai berbagai negara, dan merampas sumber-sumber makanan hamba.

Hati mereka penuh dengan duka cita, intimidasi telah mencekik leher mereka, dan air mata kesakitan memenjarakan kesombongan maskulinitas mereka. Ayat-ayat Allah bergema di dalam nurani mereka dan memanggil:

(An-Nisâ’: 75).

(At-Tawbah: 38).

Rasa sesal dan rugi memenuhi jiwa mereka. Mereka bertanya-tanya, apa yang bisa kita lakukan di hadapan badai yang berhembus dari kaum Salibis dan Zionis beserta antek-antek mereka yang terdiri dari orang-orang murtad dan orang-orang munafik di tengah-tengah kita?

Jawaban yang jelas bagi mereka telah datang dari Kitab Allah:

(An-Nisâ’: 84).

(At-Tawbah: 111).

Angan-angan berkobar dalam ruh, tekad memancar dalam jiwa, dan niat terbentuk dalam hati mereka. Mereka berdoa kepada Rabb mereka dengan sepenuh hati:

Saya datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah, saya datang memenuhi panggilan-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu. Saya datang memenuhi panggilan-Mu. Kami menjual diri kami, wahai Rabb, kami menjual diri kami. Kami tidak akan membatalkan maupun meminta dibatalkan.

Saya persembahkan buku ini agar menjadi petunjuk dan rambu-rambu di jalan jihad fi sabilillah; bekal yang bisa membantu mereka untuk menyampaikan—dengan pertolongan Allah; dan menjadi bagian yang mengaitkan pemikiran dan manhaj mereka dengan kafilah orang-orang asing yang membela al-haq (kebenaran); orang-orang yang melarikan lari untuk menyelamatkan din mereka.

Buku ini juga bertujuan (a) mengenalkan sejarah orang-orang yang telah mendahului mereka di jalan cahaya kepada mereka, yaitu orang-orang yang menepati janji, orang-orang yang menunggu-nunggu, dari orang-orang yang berhijrah, berjihad, memberi tempat tinggal dan memberi pertolongan dari para tokoh pergerakan jihad dan kebangkitan Islam yang diberkahi di zaman ini dan (b) mengedepankan manhaj jihad, ide pergerakan, dan cara kerja.

Program kerja yang terintegrasi akan membantu mereka terbebas dari dosa berdiam diri, derita kegelisahan dan kesedihan, beratnya ketidakmampuan dan kemalasan, serta penyesalan dari tekanan orang lain.

Kepada para mujahid pada masa mendatang yang mengantungkan cita-cita mereka di kaki langit. Mereka membawa panji-panji “lâ ilâha illallah Muhammad Rasulullah” yang mengibarkan kemuliaan dan kemenangan, mengalahkan kekuatan kekuatan kafir dan kedhaliman, serta menerapkan syari’at Allah di bumi.

Kepada para mujahidin tersebut dan para pendahulu mereka, para syuhada, para tawanan, dan orang-orang yang menggelandang yang telah menorehkan petunjuk jalan untuk generasi jihad dan perlawanan di masa mendatang dengan darah, kesedihan, dan beban istri-istri serta anak-anak mereka.

Kepada mereka semua kami persembahkan buku ini.

Saya berharap kepada Allah yang Maha Penyantun, Mahamulia, Mahatinggi, Mahaagung, Maha Pengampun, Maha Menyayangi, Maha Pengasih, dan Maha Pemberi Anugerah agar tidak mengharamkan saya untuk menemani mereka di surga yang tinggi bersama para nabi, orang-orang yang benar, para syuhada, dan orang-orang saleh. Harapan saya kepada Allah sangat besar dan kabar gembira kekasih-Nya yang disucikan saw. bahwa orang yang memberi petunjuk kepada kebaikan akan mendapatkan pahala seperti orang yang mengamalkan kebaikan tersebut. Guru dan murid bersekutu dalam pahala dan seseorang akan dibangkitkan bersama orang yang dicintainya.

Umar Abdul Hakim Abu Mush’ab As-Suri

Bab Kelima

Catatan Ringkas Perjalanan Kebangkitan Islam Kontemporer Tahun 1930–2003

Allah Ta’ala berfirman:

(Hud: 116)

Abu Dawud meriwayatkan dari Tsauban bahwa Rasulullah saw. bersabda:

ثُمَّ يُوشِكُ الْأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزَعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمْ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمْ الْوَهْنَ فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهْنُ قَالَ حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ

“Akan datang suatu masa, di mana berbagai kelompok (kafir) mengerumuni kalian seperti orang-orang lapar mengerumuni hidangan.” Seorang sahabat bertanya, ‘Apakah karena jumlah kita waktu itu sedikit?” Beliau menjawab, “Bahkan jumlah kalian waktu itu sangatlah banyak, akan tetapi perumpamaan kalian seperti buih di lautan, sehingga Allah mencabut rasa takut dari musuh-musuh kalian kepada kalian dan hati kalian terkena penyakit wahn”. Seorang sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apa penyakit wahn itu?” Beliau menjawab, “Penyakit cinta dunia dan takut mati”.

Rasulullah saw. juga bersabda:

بَدَأَ الْإِسْلَامُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ غَرِيبًا كَمَا بَدَأَ فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ

Islam bermula dalam keadaan asing, dan akan kembali terasing seperti semula, maka beruntunglah orang-orang yang terasingkan.”

Bab Kelima:

Catatan Ringkas Perjalanan Kebangkitan Islam Kontemporer Tahun 1930 – 2003

Secara resmi, Khilafah Utsmaniyah runtuh pada tahun 1924, setelah melewati masa kemerosotan sejak awal abad kesembilan belas dan sirna sama sekali pada awal abad kedua puluh. Negara-negara salib telah menginvasi wilayah kekuasaan Khilafah Utsmaniyah tersebut, mulai dari wilayah-wilayah pinggiran kemudian membagi-bagi warisannya, setelah keruntuhan Khilafah Utsmaniyah diumumkan.

Tanda-tanda kebangkitan Islam sudah mulai lahir sejak pertengahan abad ke-18. Sebagian pemimpin kebangkitan Islam tersebut telah berusaha untuk memperbarui dan memberbaiki kekuasaan Utsmani, bekerjasama dengan para pendukung, serta memberikan usulan dan ide yang membangun (ide builder) kepada Sultan Abdul Hamid untuk memperbaiki kondisi pemerintahan Islam. Akan tetapi, usaha tersebut tidak mampu membendung arus waktu yang menghantarkan kepada kehancuran, sehingga daulah Utsmaniyah jatuh dan masa kolonialisme mulai mengambil alih. Sejak itu, kekhilafahan pun hilang, yaitu 79 tahun yang lalu.

Keguncangan tersebut menimbulkan reaksi di dunia Islam yang ditandai dengan kelahiran kebangkitan Islam dengan berbagai bentuk dan tujuannya. Semuanya berusaha untuk mengembalikan kekhilafahan, hukum Islam, dan kebangkitan Islam.

Doktrin-doktrin kebangkitan Islam yang terkemuka dan berkembang adalah:

  1. Doktrin Ikwanul Muslimin (Organisasi Persaudaraan Umat Islam)

Ikhwanul Muslimin didirikan oleh Syaikh Hasan Al-Banna r.h. pada tahun 1928. Tekad dan tujuan pergerakan mereka adalah mengembalikan kekhilafahan. Hasan Al-Banna membuat program dan metode pergerakannya teringkas dalam dalam ucapan dan semboyannya, yaitu:

“Allah tujuan kami, Rasul teladan kami, Al-Qur'an pedoman kami, jihad jalan kami, mati di jalan Allah adalah cita-cita tertinggi kami”.

Ikhwanul Muslimin telah tersebar di Mesir hingga masuk ke berbagai pelosok kota dan desa, serta menjadi kelompok terbesar di negara tersebut dan sekitarnya pada waktu itu. Dalam waktu singkat, Ikhwanul Muslimin juga tersebar di negeri Syiria.

Beberapa organisasi dan pergerakan Islam bergabung dengan Ikhwanul Muslimin. Kader-kader dan tokoh mereka berkembang pesat, sehingga basis massa mereka mencapai puluhan ribu orang. Dari sinilah, Ikhwanul Muslimin berkembang luas ke berbagai negara Arab dan negara Islam lainnya, sehingga muncul berbagai kelompok, baik dengan nama yang sama maupun memakai nama lokal, namun tetap bertolak dari satu dasar dan berdiri di atas satu pondasi.

Manhaj dakwah gerakan Ikhwanul Muslimin, pada awal berdirinya, dapat diringkas, bahwa Ikhwanul Muslimin adalah gerakan campuran dari pemikiran salaf, sebagian fundamentalisme sufi, kecenderungan berjihad, serta struktur pergerakan organisatoris dengan berbagai orientasi politik yang jelas, di samping adanya jiwa nasionalisme dan cinta tanah air.

Al-Ikhwan (sebutan lain dari Ikhwanul Muslimin) selalu memanfaatkan peluang-peluang politik di berbagai negara dengan ikut andil dalam kancah politik serta ikut dalam berbagai pemilihan umum. Mereka memiliki sumbangan –sumbangan jihad di Palestina dan jihad melawan Inggris di Mesir. Seiring dengan perjalanan waktu, Al-Ikhwan memiliki banyak syaikh, karangan-karangan, dan perpustakaan yang besar. Mereka bersandar kepada manhaj tersendiri yang terus berkembang sejalan dengan waktu, berganti-ganti wajah, dan mereka juga memperhatikan masalah pendidikan serta dakwah yang menjadi tuntutannya.

Gerakan Ikhwanul Muslimin benar-benar dianggap—sebagaimana mereka menyebutnya—sebagai “jama’ah induk” bagi mayoritas pergerakan-pergerakan berbasis politik, bahkan bagi mayoritas kelompok jihad di negara-negara Arab dan Islam. Al-Ikhwan telah melahirkan berbagai pergerakan dengan nama lain, sebagaimana pula bahwa berbagai organisasi pemuda membawa gagasan pergerakan Al-Ikhwan dan menamakannya dengan nama-nama lokal. Akan tetapi, semua kelompok tersebut lahir dari sumber yang sama.

Di antara kelompok yang berkembang secara independen di negaranya masing-masing berdasarkan manhaj Al-Ikhwan adalah:

- Front Nasionalis Sudan.

- Gerakan Orientasi Islam di Tunisia yang kemudian namanya berubah menjadi Gerakan Kebangkitan (Harakah Nahdhah).

- Gerakan Hammas (Harakah Al-Muqawamah Al-Islamiyah, Gerakan Perlawanan Islam) di Tunisia.

- Gerakan Hammas di Aljazair yang didirikan oleh Mahfudz An-Nahnah yang kemudian namanya berubah menjadi Gerakan Masyarakat Perdamaian (Harakah Mujtama’ As-Silm).

- Gerakan Kebangkitan Al-Jazair (Harakah An-Nahdhah Al-Jazairiyyah) di Al-Jazair.

- Gerakan Perubahan dan Pembaruan (Harakah Islah wa Tajdid) di Maroko.

- Gerakan Kebangkitan Islam (Harakah Thala’i Al-Islamiyah) yang didirikan oleh Syaikh Isham Al-Athar di Jerman yang berkembang di kalangan para imigran dan pelajar di Eropa dan lain-lain.

  1. Gerakan-gerakan yang pemikirannya tidak jauh berbeda dengan gerakan Ikhwanul Muslimin

Gerakan-gerakan ini terdapat di beberapa negara Islam, seperti Partai Penyelamat (Hizbus Salamah) di Turki, yang kemudian namanya berubah menjadi Hizbur Rafah, lalu berubah lagi menjadi Hizbul Fadhilah; Jama’ah Islamiyah di Pakistan; serta beberapa kelompok yang terdapat di negara-negara Islam di Asia Tenggara.

  1. Hizbut Tahrir Al-Islami

Hizbut Tahrir didirikan oleh seorang syaikh berkebangsaan Palestina, yaitu Syaikh Muhammad An-Nabhan. Gerakan ini berkembang di Yordan dan Palestina serta mulai tersebar pada tahun 40-an. Ada kesamaan antara Hizbut Tahrir dan Ikhwanul Muslimin, hanya saja gerakan ini lebih terfokus kepada masalah pendidikan, orientasi politik, dan menyebarkan opini tentang teori penegakan daulah (negara) Islam, setelah terwujud suatu wilayah yang siap menolong dan memiliki kekuatan untuk membela dakwah, Yakni, setelah mereka berhijrah ke wilayah tersebut. Hizbut Tahrir akan melaksanakan jihad setelah tempat hijrah tersebut terwujud. Mereka lebih cenderung memilih gaya pergerakan bawah tanah (underground) dan membangun prinsip revolusioner di beberapa negara.

  1. Doktrin-Doktrin Pembaharuan Pendidikan

Kelompok-kelompok ini membangun penyebaran kesadaran beragama dan pondasi ilmiah untuk membangun kembali infrastruktur di komunitas-komunitas bersenjata, seperti gerakan Asosiasi Ulama Muslim di Aljazair. Gerakan ini telah mendapatkan landasan konsep politik dengan pemahaman perlawanan peradaban dan masyarakat kolonialis untuk merehabilitasi orang-orang agar berjihad.

  1. Jama’ah Tabligh dan Dakwah

Jamaah Tabligh dan berbagai gerakan lain yang sejalan dan semanhaj dengannya lahir di anak benua India. Arah perjuangan mereka adalah memperbaiki individu Muslim pada level ibadah dan perilaku serta membangun basis dengan prinsip-prisip yang sah dan jauh dari percaturan politik, sehingga pergerakan ini bisa menyebar dengan aman, tanpa ada sandungan dari penguasa. Jama’ah Tabligh telah tersebar luas hingga mempunyai berjuta-juta pengikut. Pergerakan ini menegakkan gagasan agar para pengikutnya meluangkan sebagian waktunya, baik sehari, seminggu, sebulan maupun setahun untuk khuruj (keluar) di jalan Allah dalam perjalanan (rihlah) dakwah dari masjid ke masjid untuk bertemu dan mengajak orang-orang kepada perubahan, ajaran agama, dan berpegang teguh kepada syari’at.

  1. Gerakan-gerakan Salafi dan doktrin-doktrin ahli hadist

Gerakan ini lahir karena melihat bahwa (1) mayoritas bid’ah telah merasuk ke dalam berbagai keyakinan kaum muslimin, sehingga banyak sunnah nabi yang sirna di tengah semaraknya bid’ah, (2) kuantitas kesyirikan serta kesesatan telah menggeser kemurnian aqidah dan kebenaran dari mayoritas Muslim, sehingga hampir mengeluarkan mereka dari prinsip keimanan, dan (3) solusi kemenangannya adalah dakwah mendasar dalam persoalan pemurnian dan pelurusan tauhid, sebagai asas utama untuk memperbaiki individu dan masyarakat yang otomatis akan mengantarkan kepada kesiapan menegakkan hukum Islam.

Mayoritas gerakan Salafi di wilayah Arab dan Islam identik dengan metode keilmuan dan pendidikan. Negara Saudi ketiga pada masa kepemimpinan King Abdul Aziz dan para raja setelahnya banyak berperan dalam penyebaran dakwah Wahhabi di negara-negara tetangga di Semenanjung Arab, dalam kisah yang telah disebutkan tentang persoalan ini secara sekilas di bagian sebelumnya—hingga bahwa perjanjian antara berbagai lembaga keagamaan, baik negeri maupun swasta, dan pemerintah memiliki andil dalam menyukseskan pergerakan ini, terutama dalam kegiatan belajar mengajar (kurikulum) di berbagai perguruan tinggi, serta lahirnya berbagi lembaga, baik negeri maupun swasta, untuk menyebarkan dakwah dan pemikiran pendiri gerakan Wahhabi, cucu-cucunya, dan ulama-ulama setelahnya serta menghidupkan kembali warisan lama Syaikh Ibnu Taimiyah dan para ulama dakwah salaf lainnya, seperti Ibnul Qayyim, Asy-Syatiby dan lain-lain. Mereka juga memberikan perlindungan penuh terhadap penyebaran karangan-karangan para ulama tersebut dan apa saja dibangun untuk itu, hingga penyebaran dakwah salafiyah dan doktrin-doktrin ahli hadist di dunia Arab dan Islam semakin bertambah. Allah akan menolong agama ini dengan orang fajir dan orang-orang yang tidak memiliki akhlak.

Gerakan Salafi ini kemudian melahirkan beberapa gerakan baru akibat bercampurnya pemikiran sebagian gerakan dengan sebagian lainnya, seperti gerakan yang dinamakan Sururiyah, yaitu gerakan dinisbatkan kepada salah seorang penyerunya. Gerakan ini adalah gabungan antara sebagian pemikiran pergerakan Al-Ikhwan dan kecenderungan salaf. Gerakan lain yang lahir dari gerakan Salafi adalah pergerakan yang dinamakan sebagai Salafi Jihad, yaitu gabungan sebagian pemikiran Sayyid Qutb dan dakwah salaf, serta muncul beberapa doktrin modern yang dilahirkan doktrin kuno. Masih ada lagi gerakan lain, seperti beberapa gerakan sufi yang menggabungkan antara pendidikan, tasawuf, dan orientasi politik, sebagaimana yang terjadi di Afrika Utara dan lainnya.

Pada kurun waktu antara 1930-2000—yang akan kita sudahi dengan pembahasan secara ringkas di bab ini—tumbuh pula beberapa gerakan sufi jihad, sebagaimana yang berkembang di daratan India, Rusia Tengah, serta Afrika Utara.

Dengan demikian, banyak dai, ulama, khatib, penulis, dan pemikir Islam bangkit untuk memberikan andil dalam perjalanan kebangkitan Islam, sesuai dengan kemampuan dan peran masing-masing. Ciri-ciri lahir kehidupan beragama dan kembali berpegang teguh dengan ajaran Islam mulai berkembang, seperti tersebarnya budaya hijab, memelihara jenggot, dan potret-potret komitmen dengan Islam, semaraknya dunia percetakan, jual beli bermacam-macam buku Islam, majalah, dan surat kabar Islam, masjid-masjid ramai dengan dakwah, halaqah ilmu dan dzikir, begitu pula banyak lembaga swasta yang bergerak dalam berbagai bentuk amal kebaikan dan takwa. Berbagai bentuk aktifis muslim, baik secara kolektif maupun individu, masuk dalam percaturan kehidupan politik, pemikiran, dan budaya, sebagaimana pula terjadi banyak bentrokan antara para aktifis Islam dan sebagian penguasa.

Ringkasnya, lahirnya gerakan kebangkitan Islam itu sendiri telah hidup di tengah masyarakat Islam dan menjadi tanda yang tampak jelas dari perjalanan sejarah kontemporer masyarakat Muslim



bersambung