Jumat, 10 April 2009

WAWANCARA EXKLUSIF DENGAN SYAIKH ABU MUSH'AB AZ-ZARQOWI

WAWANCARA EXKLUSIF DENGAN SYAIKH

ABU MUSH'AB AZ-ZARQOWI

Muqodimah

Adalah para ikhwan yang bertugas di bagian media Tandzim Al-Qoidah di Iraq, kurang lebih setahun yang lalu telah meminta kepada Syaikh Abu Mush'ab Az-Zarqowi agar bersedia melangsungkan wawancara guna menjawab beberapa pertanyaan yang di ajukan oleh bagian media. Akan tetapi Syaikh berkata kepada mereka bahwa beliau akan beristikhoroh terlebih dahulu sebelum menjawab permintaan tersebut

Kemudian setelah berlalu beberapa waktu, datanglah jawaban yang di tunggu-tunggu tersebut. Beliau menyetujui permintaan mereka, lengkap dengan mengundang koresponden bagian media Tandzim Al-Qoidah yang ada di Iraq waktu itu yaitu Al-Akh Abul Yaman Al-Baghdadi rahimahullah.

Adapun pertemuan waktu itu berlangsung dalam bentuk tanya jawab, di mana Al-Akh Abul Yaman Al-Baghdadi turut serta dalam perbincangan panjang bersama beliau.

Kepada seluruh ikhwan, Muasasah Al Furqon Untuk publikasi hasil media mempersembahkan wawancara ini yang diambil dari arsip milik para ikhwan yang bertugas di bagian media tandzim al-qoidah di iraq.

Sambil memohon taufiq dan kelurusan kepada Allah yang agung sebutan-Nya dalam seluruh urusan kita, Dialah yang dimintai pertolongan dan kepada-Nyalah bertawakal.

Berikut ini adalah teks wawancara tersebut.

Abul Yaman : Siapa sebenarnya Abu Mushab?

Syaikh Abu Mushab : Ya Allah tidak ada kemudahan kecuali apa yang Engkau jadikan mudah, dan Engkau jadikan kesedihan itu kemudahan jika Engkau berkehendak. Saudara kalian karena Allah, seorang hamba yang butuh ampunan Rabbnya Ahmad Fudhoil Nizal Al-Kholaylah keturunan bani Hasan yang ada di Yordania.

Soal : Kapan awal mula anda mulai aktif dalam kegiatan beragama?

Jawab : Di akhir tahun 80-an M, tepatnya di Masjid Husain bin Ali yang berada di kota Zarqo', kemudian setelah enam bulan aku beriltizam aku berangkat ke Afghonistan dimana saat itu daerah tersebut adalah bumi jihad.

Soal : Aliran agama yang anda yakini waktu itu apakah punya pemahaman tertentu atau pemahaman pada umumnya?

Jawab : Para pemuda yang menunjukiku pada jalan hidayah mereka itu pemahaman agamanya umum layaknya masyarakat. Seperti Anda tahu, seseorang sebelum beriltizam tidak bisa membedakan antara manhaj-manhaj yang ada. Akan tetapi secara umum pemahamanku kala itu adalah pemahaman umum.

Soal : Apakah disana ada pribadi tertentu yang berpengaruh pada diri anda sebelum hidayah?

Jawab : Tidak, disana tidak ada satu pribadipun yang banyak memberikan pengaruh dalam diriku sebelum iltizam. Adapun yang mendorongku untuk aktif beragama adalah peristiwa-peristiwa yang ku alami yang mengancam kepada kehancuran dan kematian, maka aku merasa bahwa Allah SWT memperingatkanku, maka setelah itu aku mendapat petunjuk dan komitmen pada jalan Islam.

Soal : Berpindah dari beragama yang umum kepada puncak Islam yakni Jihad, bagaimana hal itu terjadi?

Jawab : Selama keberadaanku berada bersama ikhwan di masjid kala itu, adalah aku -denagn karunia Allah- selalu menjaga sholat jama'ah. Dan para ikhwan selalu bercerita tentang kabar-kabar jihad di Afghonistan, dan dari sana juga datang kaset-kaset ceramah Syaikh Abdullah Azzam rohimahullah yang banyak memberikan pengaruh kepadaku dalam memahami jihad. Dan datang pula disana majalah Al jihad dan beberapa film-film video yang banyak memberikan pengaruh dalam diriku dan menjadikanku diantara pemuda yang tamak untuk segera berangkat ke medan-medan jihad di Afghonistan. Maka aku bulatkan tekad untuk hijrah meninggalkan istriku, dimana usia pernikahanku waktu itu dini sekali kurang lebih baru dua bulan, dan umurku waktu itu 23 tahun.

Soal : Berangkat ke Afghonistan, bagaimana ceritanya ?

Jawab : Aku memperoleh visa dari pemerintahan Yordania, karena waktu itu memang dimudahkan oleh pihak pemerintah atas perintah Amerika. Sehingga pemerintah mempermudah keberangkatan para pemuda ke Afghonistan dalam rangka menghancurkan Uni Sovyet dan menghentikan langkahnya untuk menguasai migas, sebagaimana angan-angan Rusia kala itu. Anda tahu bahwa dunia waktu itu terbagi dua dibawah kekuasaan militer kapitalis dan sosialis komunis. Keduanya saling berlomba untuk menguasai daerah-daerah jajahan apalagi di Timur Tengah. Karena negara-negara Arab pada umumnya tunduk dibawah blok barat (kapitalis), maka serta merta mereka mengumumkan jihad melawan Uni Sovyet, dan dari sanalah akhirnya negara-negara tersebut memudahkan jalan menuju Afghonistan. Kedatanganku disana pada tahun 1989 M setelah tinggal disana selama tiga tahun aku kembali ke Yordania pada tahun 1992 M.

Soal : Apa yang menyebabkan anda keluar dari Afghonistan ?

Jawab : Ketika itu kita berada di Afghonistan sangat disayangkan –Subhanallah- faksi-faksi mujahidin saling berperang sendiri setelah jatuhnya Kabul. Kami melihat sebagian faksi jihad jauh dari manhaj yang lurus maka kami putuskan keluar dari Afghonistan untuk mencoba melakukan sesuatu di negeri syam, khususnya di Palestina dan Yordania.

Soal : Kalau begitu kepulangan anda adalah upaya untuk memindahkan experimen jihad Afghon ke negeri Syam, akan tetapi apa hasil dari experimen yang anda terjuni di Yordan?

Jawab : Ketika kami kembali ke Yordania, kami memiliki semangat yang menggebu, hal ini jelas, namun kami juga merasakan minimnya pengalaman dan lemahnya experimen karena kami belum menerjuni experimen yang memadai.

Soal : Apakah bentuk experimen waktu itu, murni militer atau apa?

Jawab : Tentu, satu bentuk experimen militer, dalam experimen tersebut terlalu berlebihan-lebihan dalam memilih berbagai seni bertempur, tanpa disertai perangkat yang kuat dalam aspek-aspek tandzim maupun struktur yang sesuai dengan syareat yang mesti diperhatikan. Kita hendak melaksanakan jihad sedapat mungkin, terkadang tergesa-gesa dalam beberapa hal, di sana ada beberapa kekurangan dalam hal intelijen disebabkan lemahnya pengalaman berorganisasi dan minimnya experimen jihad kala itu. Inilah yang bisa saya sebutkan khusus masalah experimen yang kuterjuni bersama beberapa ikwan yang memutuskan untuk memindahkan upaya tersebut ke Yordania. Ternyata waktu 3 tahun di Afghonistan belumlah cukup.

Soal : Apa manfaat yang anda dapatkan dari jihad di Afghonistan dan apa madhorotnya?

Jawab : Sebaliknya, kami mendapaatkan manfaat dari jihad di Afghonistan, hal ini tidak diragukan. Adapun kekurangannya adalah disebabkan sikon yang ada di Afghonistan waktu itu, dimana disana adalah kehidupan front, jihad secara umum melawan tentara kafir, kita berada dalam waktu yang lama di fron-fron dan tidak ada agenda yang teratur dimana anda bisa berada ditengah-tengah jamaah yang memulai dengan tarbiyah jihadiyah mencakup tarbiyah syar'iyah dan tandzimiyah, disana hal tersebut sedikitpun tidak kita jumpai. Akan tetapi di sana yang ada hanyalah camp-camp pelatihan kemudian anda terjun ke fron-fron untuk beribath dan bertempur saja.

Soal : Apa sisi-sisi persamaan dan perbedaan antara kondisi sekarang di Iraq dan di Afghonistan ketika jihad melawan rusia?

Jawab : Waktu di Afghonistan belum terbuka peluang untuk mengorganisir secara rapi dan mendidik personal secara sistematis. Sementara di Iraq saat ini , experimen dari sisi ini sudah jauh lebih baik, barangkali diantara sebabnya adalah para mujahidin telah mengambil ibrah dari experimen terdahulu.

Selama rentang waktu berikutnya –setelah Tholiban berkuasa- experimen telah matang, experimen yang lalu cukup untuk mematangkan dan menjelaskan kepada rakyat banyak bagaimana melaksanakan jihad yang benar. Hal ini jelas, maka sejak kami keluar dari Afghonistan tahun 1992 M sampai hari ini telah ada perbedaan yang cukup banyak.

Soal : Selang berapa lama masa itu dengan Anda saat ini ?

Jawab: 11 tahun, rentang tersebut sudah cukup untuk menjadikan kami matang dalam menilai persoalan dan mensikapi peristiwa-peristiwa yang terjadi.

Soal : Apakah ini merupakan sebab pokok ataukah sebab terpenting?

Jawab : Sesungguhnya jihad Afghon memiliki pilar-pilar, akan tetapi tidak diragukan bahwa jihad di Iraq dalam jangka waktu yang singkat saja mampu menimpakan bencana terhadap orang-orang kafir -dengan karunia Allah- dan memberikan petaka yang dasyat atas mereka. Dengan di sertai cacatan penting bahwa potensi-potensi yang ada di medan jihad Iraq tidak di didapati di Afghonistan.

Soal : Apa urgensi kejelasan manhaj dan keistiqomahan berpegang pada kitab dan sunnah dalam perjalanan jihad bagi sebuah gerakan?

Jawab : Manhaj yang jelas penting bagi gerakan jihad manapun yang hendak berjihad fie sabilillah. Sebuah gerakan jihad harus menentukan targetnya sebelum melangkah, kenapa dia berjihad ? dan atas dasar apa dia berjihad ?

Soal : Apa kesalahan terpenting yang ada pada jihad Afghon ketika melawan Rusia ?

Jawab : Orang saat itu berperang dalam rangka menggulingkan rezim komunis dan menegakkan syareat Allah Azza wa Jalla, target dari sisi ini memang jelas. Akan tetapi tampak jelas bagi kita bersamaan perjalanan waktu bahwa kebanyakan jamaah-jamaah jihad yang ada ternyata manhajnya melenceng. Tapi di sini harus dibedakan, karena ada juga kelompok-kelompok jihad yang memiliki manhaj yang lurus, harus dipisahkan antara niat yang baik dan manhaj yang benar dan kita tidak akan mencampuri urusan niat. Sehingga boleh kita katakan bahwa kekurangannya ada dalam masalah visi, inilah yang menyebabkan mereka mau menerima orang sekuler, komunis, juga jihad bersama orang nasionalis. Mereka tidak tegas sejak awal sehingga pada akhirnya menghadapi berbagai persoalan yang pelik.

Mayoritas ikon dari para pemimpin jihad saat itu adalah "ikhwanul muslimin" atau sekuler yang mengaku berjihad seperti Sayyaf, Robbani, Hekmatiar dan Ahmad Syah Masud. Oleh sebab itulah manhaj mereka ini tidak jelas meskipun mereka beranggapan bahwa ingin memberlakukan syareat.

Hal tersebut disebabkan karena Afghonistan memiliki keistimewaan dibanding negeri-negeri Islam lainnya, yaitu bentuk komitmen dan cinta penerapan syareat. Tabiat masyarakat Afghon sangat terjaga, inilah yang menyebabkan suasana umumnya terasa Islam. Akan tetapi dari sisi manhaj belum tertancap betul pada mereka dengan jelas, maka apa hasil akhirnya ?

Para pemimpin jihad –yang bermanhaj menyimpang- menampakan pengkhianatannya setelah itu seperti Sayyaf, Robbani dan Ahmad Syah Mas'ud dan bersekongkol dengan orang-orang Budha, Hindu dan dengan orang-orang Amerika, mereka menerima Amerika dan tidak menerima Tholiban.

Soal : Apa bedanya Tholiban dengan yang lainnya ?

Jawab : Tholiban berbeda dengan pemimpin-pemimpin jihad yang awal yang kebanyakannya bergabung pada 'kelompok harakah ikhwani' berbeda dengan Tholiban, yang mayoritas berstatus sebagai para "Mulah"

Karena Tholibaan ini berasal dari gerakan agama, pemilik manhaj madrasah Diyubandiyah makanya berbeda dengan madrasah ikhwan, oleh karena itu mereka tidak mau menerima Tholiban tapi justru bergabung bersama Amerika.

Sangat disayangkan sekali, ini tidak menunjukkan kecuali rusaknya manhaj yang mereka miliki. Akan tetapi kerusakan manhaj ini belum kelihatan pada awal mulanya, kemudian setelah beberapa waktu, ketika tersingkap hal-hal yang tersembunyi, ketika ujian tiba maka tersingkaplah hakekat dan terbelahlah barisan itu.

Soal : Sebaliknya orang-orang yang mengamati anda saat ini bertanya, apa manhaj anda ? Apa agenda politik anda ? Dan apa yang ingin anda raih ?

Jawab : Adapun agenda politik kami -sebagaimana sebagian orang menyebutnya(istilah politik)- terkumpul secara terperinci dalam sabda nabi saw : "Aku di utus di akhir jaman membawa pedang sampai Allah Taala saja yang diibadahi."

Diantara hal yang perlu disebutkan disini, bahwa kami tidak mengakui politik menurut definisi sebagian gerakan-gerakan yang berpaham nasionalis yang menjunjung syiar Islam akan tetapi masuk ke parlemen dan ikut serta bersama para thoghut menduduki jabatan-jabatan politik yang mengundangkan selain syareat Allah.

Sebagaimana program-program politik yang dimiliki oleh sebagian gerakan Islam, di dalamnya ada beraneka ragam kesesatan dan aneka penyimpangan -kita memohon kepada Allah agar di selamatkan dari hal tersebut- Mereka melakukan praktek-praktek yang sangat jauh dari tuntunan dien.

Sebagaimana telah saya sebutkan di depan bahwa agenda politik kami adalah sabda nabi saw : "Aku di utus di akhir jaman membawa pedang sampai Allah saja yang diibadahi." Sebagaimana kita saksikan bahwa Rasulullah saw di utus membawa pedang sampai Allah saja yang diibadahi, inilah yang membatasi agenda politik kami. Kita akan berperang di jalan Allah sampai tegak syareat Allah, yang pertama kali akan kita lakukan adalah mengusir musuh dan kemudian mendirikan negara Islam kemudian kita akan bergerak membebaskan negeri-negeri kaum muslimin untuk dikembalikan ke pangkuan Islam. Kemudian setelah itu kita akan memerangi orang-orang kafir sampai mereka menerima salah satu dari 3 pilihan (Islam, bayar jizyah atau diperangi).

Aku di utus diakhir jaman membawa pedang inilah agenda politik kami.

Demi Allah kalau sekiranya bangsa Amerika tidak memerangi kami atau bangsa Yahudi tidak menjajah negeri-negeri kami tentu tetap utama bagi kaum muslimin untuk tidak ketinggalan dari melakukan jihad tholab (opensif) sampai syareat Allah diterapkan disetiap jengkal tanah dan Islam tersebar ke setiap penjuru.

Inilah yang dilakukan oleh Rasulullah saw ketika beliau keluar dari Makkah menuju Madinah. Setelah beliau mendirikan negara Islam beliau menyebarkan Islam ke timur, barat, utara dan selatan belahan bumi..

Jadi agenda politik kami saat ini adalah mengusir musuh yang menginvasi -ini yang pertama– adapun setelah itu adalah mendirikan negara Islam di muka bumi, aku di utus di akhir jaman membawa pedang sampai Allah saja yang diibadahi.

Secara garis besar hadits ini dari permulaan hingga akhirnya menjadi pembatas rambu-rambu jalan kami.

Adapun orang-orang yang memaksudkan agenda politik dengan isthilah baru yang menyelisihi syareat seperti politik yang di dalamnya kompromi dengan orang kafir, menawar urusan aqidah yang sudah baku dan normalisasi masalah bara' kepada orang kafir maka ini adalah politik yang menyimpang yang tidak boleh dikategorikan sesuai dengan syareat, karena ia sendiri memyelisihi syar'i dan tidak boleh disandarkan kepada syareat.

Soal : Jika demikian tidak salah John abu Zaid (komandan pasukan koalisi) ketika berkata tentang Al-Qoidah: ” sesungguhnya Al-Qoidah akan berusaha selama seratus tahun untuk berkuasa dimuka bumi"

Jawab : Tidak ada yang kami rahasiakan jika kami mengatakan bahwa kami akan berusaha menyebarkan keadilan Islam diseluruh permukaan bumi, dan menghapus gelapnya kekafiran dan aniayanya agama-agama, kami memohan kepada Allah Azza wa jalla agar menjadikan kami pioner bagi umat ini dalam berperang demi tujuan tersebut. Dan semoga Allah menganugerahkan kepada kami kesempatan sampai kami bisa mengusir musuh yang menjajah, kemudian mengembalikan hak-hak kaum muslimin dan membersihkan negeri mereka dari kotoran kufur dan syirik, kemudian setelah itu menyebarkan dienullah di muka bumi. Kami merasa tidak ada yang perlu ditutupi untuk menjelaskan masalah ini, karena hal ini adalah perintah yang Allah wajibkan kepada kita juga kepada seluruh hamba-Nya.

Soal : Mengapa anda selalu menegaskan tentang wajibnya jihad di Iraq?

Jawab : Setiap muslim wajib komitmen terhadap perintah-perintah Allah Azza waJalla sebagaiman yang Dia kehendaki dan perintahkan, yaitu agar setiap muslim berusaha untuk menerapkan syari'at Allah AzzawaJalla seperti usaha untuk menunaikan sholat, zakat dan haji, sebagaimana ini semua adalah termasuk kewajiban dan syiar Islam yang diwajibkan kepada seorang muslim maka demikian juga dengan jihad fie sabilillah merupakan kewajiban dari sekian kewajiban yang ada dalam Islam.

Jihad pada dasarnya adalah fardhu kifayah, akan tetapi akan menjadi fardhu 'ain pada tiga kondisi –diantara mereka ada yang mengatakan empat- yang masyhur adalah tiga; jika musuh masuk negeri kaum muslimin maka jihad menjadi fardhu 'ain, juga jka ada mobilisasi dari imam, dan juga kalau dua pasukan bertemu.

Kondisi yang pertama –yaitu masuknya musuh kenegeri kaum muslimin atau serangan yang mereka lancarkan keatasnya- adalah kondisi terberat yang menjadikan jihad menjadi fardhu 'ain.

Inilah kondisi yang dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taymiyah Rohimahullah: (Tidak disyaratkan padanya syarat apapun).

Jangan disangka bahwa Syaikhul Islam memaksudkan tidak disyaratkannya syarat apapun bagi jihad difa' (defensif), bahwa kita boleh berperang dibawah panji apapun, tanpa ketentuan apapun, akan tetapi yang beliau maksudkan adalah tidak disyaratkannya syarat-syarat yang dikenal oleh para fuqoha', maka didalam jihad difa' seorang yang berhutang boleh keluar tanpa minta izin kepada yang menghutangi, seorang istri boleh keluar tanpa minta izin kepada suaminya, anak tanpa izin kepada kedua orang tuanya. Inilah maksud ucapan Syaikhul Islam: dan tidak disyariatkan baginya satu syaratpun.

Jihad kita saat ini adalah jihad dafushoil (mengusir musuh).

Orang yang melihat kondisi umat hari ini, akan melihat dengan jelas bahwa apa yang menimpa umat dari bentuk invasi salib yang keji itu tidak hanya berhenti dengan menjajah Irak, dan tidak akan berhenti sebelum menelan seluruh negeri Islam dan menjadikan seluruh penduduknya kristen, sebagaimana yang mereka angankan.

Dan telah diketahui bahwa infasi salib menjadikan Iraq sebagai target, tujuannya adalah memapankan bangsa Yahudi dan merealisasikan lamunan mereka dengan mendirikan negara Israel raya dari Nil sampai ke Furot, dan aqidah pemerintah Amerika dalam hal ini adalah jelas sekali karena dia meyakini bahwasanya tidak akan turun Al masih Mereka (Al Masih Dajjal) sebelum berdirinya negara Israel raya dan terjadinya perang Armagedon.

Dan diantara target meraka pula –cabang dari target awalnya- adalah menguasai langsung sumber-sumber minyak agar bisa mengatur harganya dan menghalangi negara manapun untuk masuk berlomba dengan Amerika.

Dan diantara plaining mereka adalah berpindah untuk menguasai langsung Jazirah Arab dan Syam bersamaan.

Oleh karena itu umat secara keseluruhan berkewajiban menolak invasi Zionis Salibis terhadap negeri-negeri kaum muslimin dan menghadang untuk menghentikan rencana ini, yang kalau berhasil –semoga Allah tidak menghendaki- maka kaum muslimin ketika itu berada dalam bahaya yang besar, dien dan eksistensi mereka terancam lenyap.

Oleh karena itu kami tegaskan bahwa jihad di Iraq adalah fardhu 'ain bagi kaum muslimin, dan kaum muslimin wajib membela saudara-saudara mereka di Iraq. Membantu mereka dengan harta, personal dan kekuatan apa saja yang mereka mampui.

Jihad di Iraq –sebagaimana aku katakan- adalah jihad daffushoil, atas dasar ini kami berpendapat: sesungguhnya tidak disyaratkan padanya satu syaratpun, ia fardu 'ain bagi setiap muslim yang mampu, ini yang pertama.

Yang kedua keluar untuk membela kaum muslimin Iraq adalah wajib bagi seluruh kaum muslimin. Allah Ta'ala berfirman {jika mereka meminta tolong kepada kalian}.

Soal : Disana ada orang yang menentang kedatangan ikhwan-ikhwan muhajirin Arab dan ikhwan lainnya untuk membantu saudara-saudara mereka di Iraq dan memerangi orang-orang salib, apa yang anda katakan tentang mereka-mereka ini?

Jawab : Mereka ini ada 2 golongan, pertama orang-orang bodoh yang tidak tahu tabiat dien ini atau kelompok kedua yaitu orang-orang yang berkepentingan yang hendak menghalangi para muhajirin untuk bergabung dengan para ikhwan anshor demi berperang fie sabilillah, sehingga jihad ini tidak bisa meluas dan bisa dikatakan jihad global.

Orang-orang yang menghalangi pembelaan terhadap kaum muslimin sebagaianya terhadap sebahagian yang lain adakalanya orang bodoh yang harus di beri tahu, adakalanya orang yang memiliki kepentingan maka kita bermohon kepada Allah agar menjaga kita dari kejahatan dan kedongkolan hati mereka.

Dan kita harus sama-sama tunduk pada hukum syar'i bahwa kaum muslimin wajib untuk keluar ke medan jihad membela muslim lainnya yang tertindas. Penting sekali kita harus sepakat bahwa negeri kaum muslimin negeri yang satu.

Adapun batasan yang dibuat oleh musuh -umat kafir- baik batasan geografis maupun peta yang mereka buat, kemudian atas dasar tersebut mereka membagi negeri Islam menjadi negara-negara boneka, maka kita tidak boleh mengakuinya, hasil perjanjian seisbiko berupa pembagian wilayah kedaulatan juga tidak boleh kita pakai.

Kita kaum muslimin umat yang satu, tanah air umat islam tanah air yang satu, kita berjuang demi kalimat la ilaha illallah, tidak sekedar demi negara, karena kita diperintahkan untuk membela umat Islam, keluar untuk menjaga perbatasan negeri Islam dan membela seluruh saudara seagama.

Inilah yang pokok yaitu seorang muslim menolong muslim lainnya.

Adapun ketetapan-ketetapan yang dibuat oleh penjajah, maka hal tersebut tidak ada keterangan sedikitpun dari Allah. Karena Iraq bukan milik orang-orang Iraq saja, tapi dia adalah negeri para shahabat, negeri ini dahulu di buka oleh nenek moyang kita dan direbut dengan darah umat islam. Para shahabat datang dari Makkah dan Madinah dan dari daerah lain seperti Yaman untuk membuka negeri ini, dan dari negeri ini mereka bergerak untuk menyebarkan Islam. Atas dasar ini maka prinsip yang kita pegang dalam masalah ini adalah bahwa bumi Islam baik Iraq atau yang lainnya adalah negeri Islam yang dikuasai oleh orang Islam dan harus di bela oleh seluruh kaum muslimin, dengan ragam warna kulit dan kebangsaan mereka.

Adapun pemaksaan model kebangsaan ataupuin nasionalisme terhadap jihad seperti yang di tetapkan oleh perjanjian seis biko maka ini tidak boleh kita terima selama kita masih hidup. Para mujahidin akan berusaha untuk menghancurkan berhala dan thoghut ini juga batasan wilayah ini. Karena ini pada prinsipnya adalah termasuk planing kaum salib dan siapa saja yang membuatnya, merekalah yang membuat batasan-batasan geografis yang palsu ini.

Kita katakan pada mereka bahwa kita umat yang satu, berperang demi La ilaha illallah, kita menolak batasan-batasan yang kalian buat, negeri Iraq milik seluruh umat Islam, negeri Mesir juga milik seluruh umat Islam juga negeri-negeri Islam lainnya.

Soal : Mengapa anda berpendapat bahwa jika jihad di Iraq berhenti maka umat akan jatuh terjungkir -sebagaimana anda jelaskan berkali-kali- ?

Jawab : Ketika musuh masuk menyerang Iraq, planingnya adalah melanjutkan invasi untuk menguasai Syam dan jazirah Arab, sebagaimana yang telah saya jelaskan, mengokohkan negara Israel Raya. Musuh menyangka bahwa planing ini -setelah jatuhnya pemerintahan Iraq dan angkatan bersenjatanya yang akan menguap dalam waktu yang singkat- akan berjalan mudah dan lancar, dan akan berjalan sesuai dengan apa yang mereka harapkan. Akan tetapi ketika mujahidin bangkit melawan musuh ini- dengan karunia Allah- mampu menghadang mereka dan membuyarkan angan-angannya.

Di sini musuh mulai berusaha menggunakan jalan lain sehingga bisa berhasil meraih apa yang mereka inginkan.

Bangkitnya mujahidin adalah nikmat yang agung dan kebaikan yang banyak, kalau bukan karena bangkitnya mujahidin tentulah terealisasi planing tersebut, Wallahu a'lam terhadap situasi di Syam dan jazirah Arab.

Kami meyakini bahwa mereka punya agenda untuk nmenguasai Iraq dan daerah lainnya. Invasi mereka ke Iraq bertujuan untuk menguasai Iraq dan selain Iraq, oleh karena itu wajib bagi kaum muslimin untuk membela saudaranya para mujahidin dan berdiri di sampingnya untuk memerangi musuh ini.

Lihatlah apa yang mereka lakukan terhadap kaum muslimin, bagaimana mereka membunuhi anak-anak, membiarkan hidup wanita-wanita, menodai kehormatan dan mengeruk harta kekayaan kaum muslimin.

Musuh melakukan kebiadaban-kebiadaban ini padahal ada mujahidin, bagaimana pendapatmu kalau sekiranya tidak ada mujahidin?

Maka keberadaan mujahidin merupakan perlindumgan keamanan dan garis pertahanan terhadap umat yang bisa menggagalkan –atau hampir menggagalkan– dengan karunia Allah rencana-rencana musuh. Kalaupun tidak paling kurang menghambat laju gerak musuh sehingga umat mampu menguatkan pijakannya, memperkuat persenjataannya, melenyapkan debu kehinaan yang menyelimutinya dan berkempatan berjihad fie sabilillah Azza wa Jalla.

Oleh karena itu jatuhnya mujahidin di Iraq, berakhirnya jihad di sana akan membawa dampak yang amat buruk atas umat.

Kita meyakini bahwa keberadaan mujahidin di Iraq adalah garis pertahanan terdepan bagi umat. Sesungguhnya Allah Ta'alla menganugrahkan kepada mujahidin dalam jihad kali ini mampu menyerang musuh, membunuh mereka dalam jumlah yang banyak dan memukul mereka sehingga banyak yang terluka. Oleh karena itu mujahidin adalah pelindung keamanan bagi umat dan benang pengikatnya yang kuat dalam menghadapi invasi salibis rafidhah kali ini.

Kami bertempur di Iraq demi memepertahankan Iraq dan selain Iraq, kita bertempur di Iraq tapi pandangan kami di Baitul Maqdis, kita bertempur di Iraq tapi pandangan kami di Makkah dan Madinah.

Maka kami dengan karunia Allah berperang di Iraq dan memohon kepada Allah agar bisa mengusir musuh agresor yang ada di seluruh tanah umat Islam.

Kalau musuh mampu melapangkan jalan untuk menguasai Iraq pasti mereka akan melakukan apa saja yang mereka mau terhadap umat Islam, oleh karena itu mereka mempercepat langkahnya untuk melapangkan jalan menguasai Iraq sehingga sempurnalah tamasya yang dilakukannya dalam rangka tujuan itu. Kemudian Allah memberikan karunia kepada umat Islam dengan adanya mujahidin yang menghadapi mereka sehingga mampu memperlambat laju "ular" yang bergerak cepat ini. Kami menyakini bahwa jika masa peperangan di Iraq berlangsung lama, maka hal ini akan membangkitkan umat dari tidurnya yang panjang. Tidak ada kemaslahatan bagi umat jika jihad di Iraq berhenti, semakin lama masa peperangan di Iraq maka semakin membangkitkan pemuda Islam dan menghidupkan ruh jihad didalam jiwa mereka.

Umat melihat dengan karunia Allah bagaimana putra-putranya menyerang musuh dan menikamnya di setiap tempat, menimpakan kerugian-kerugian kepada mereka dan menghantamnya dengan berbagai macam luka yang mereka rasakan, berkat karunia Allah.

Dengan semakin majunya mujahidin di bumi Iraq maka terangkatlah kehinaan dari umat ini, setiap kali mujahidin bergerak satu langkah kehinaan akan diangkat dari umat beberapa langkah, juga setiap kali mujahidin tertinggal satu langkah maka akan ditimpakan kehinaan pada umat dan akan mundur kebelakang beberapa tahun langkahnya.

Oleh sebab itu, demi kemaslahatan umat, jihad di Iraq harus terus berjalan dan umat Islam wajib untuk membantu mujahidin dalam bentuk logistik yang bisa digunakan sebagai bahan bakar keberlangsungan perang. Jihad ini sangat penting karena Amerika –dan orang-orang kafir dibelakangnya- berkat karunia Allah sudah mulai tampak tanda-tanda kejatuhannya.

Saat ini orang kafir –berkat karunia Allah- dalam kondisi jatuh dan tersungkur sementara Islam dalam kondisi merangkak dan naik. Merangkak naik ini kadang-kadang disertai berbagai bentuk ujian dan terkadang disana juga ada bentuk-bentuk kelambatan pada beberapa fasenya. Ini merupakan konsekwensi logis bagi sebuah pertarungan dan pertempuran. Terlebih melawan kekuatan militer yang besar dan peralatan media yang dahsyat yang dimiliki oleh musuh. Dari sini terkadang ada satu bentuk pengkaburan, penyesatan dan menghilangkan realita yang sebenarnya, akan tetapi di penghujung jalan akan tampak cacatnya musuh dengan izin Allah Ta'ala.

Soal : Apakah di sana ada bedanya antara umat diperintah oleh salibis dengan diperintah thoghut arab ? Dan di sana ada yang berkata : Anda saat ini berperang melawan tentara salib dan besok orang-orang sekuler yang memetik buahnya.

Jawab : Tidak di ragukan lagi bahwa rezim murtad yang saat ini memerintah negeri umat Islam adalah boneka kaum salibis, dan tidak diragukan lagi bahwa kaum salibislah yang mengangkat mereka dan tidak diragukan pula bahwa rezim murtad tersebut lebih kafir dari Yahudi dan Nashara.

Soal : Bedanya apa kalau begitu ?

Jawab : Pada masa lalu kaum salibis yang memerintah secara langsung, kemudian mereka meninggalkan kita setelah tidak mampu menghadapi perubahan dan revolusi di dunia internasional waktu itu, sebagai ganti dari proyek kolonialisme maka penjajah meninggalkan di belakang mereka para rezim sekuler yang meneruskan kepentingan kolonial yani menghapus syareat dan menyingkirkan islam, hal tersebut sebagai pengganti penjajah asing yang sudah tidak sanggup lagi, akan tetapi bersama perjalanan waktu ketika para penjajah tersebut melihat bahwa para rezim yang menggantikannya gagal untuk melakukan tugasnya maka penjajah kembali mengambil alih peran tersebut.

Saya tegaskan di sini sekali lagi kita tidak membedakan antara thogut arab dengan penjajah asing.(bersambung)

Tidak ada komentar: