Jumat, 03 April 2009

ANTARA AL­ZARQAWI DAN AL­QA’IDAH

ANTARA AL­ZARQAWI DAN AL­QA’IDAH

MENGENAL LEBIH DEKAT TENTANG AL­QA’IDAH
DAN HUBUNGAN MEREKA DENGAN AL­ ZARQAWI

Dikisahkan oleh
Komander Saiful Adl
,
Penanggung Jawab Bidang Security & Intelejen
Organisasi Jihad Internasional Al­Qa’idah.

Bismillahirrahmannirrahiim

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam, shalawat serta salam semoga tercurahkan selalu bagi Nabi Muhammad SAW, para sahabat dan orang­orang yang selalu setia mengikuti langkah mereka hingga hari kiamat. Amma Ba’du;

Sebenarnya tidak terlintas sama sekali dalam benak saya, fikiran untuk menuliskan biografi tentang Abu Mush’ab. Lagi pula saya tidak memiliki minat atau kesibukan di dunia tulis menulis. Akan tetapi, dunia sekarang yang semakin ketat memburu orang­orang yang dicurigai oleh Amerika sebagai teroris, menjadikan saya memiliki banyak waktu luang. Saya memanfaatkannya untuk berdzikir, menghafal Al­Qur’aanul Kariim, dan sedikit melakukan beberapa senam fisik. Dalam suasana kegiatan yang monoton seperti ini, ada sebagian orang yang ingin mendengar kisah tentang kepribadian teman dekat saya Ahmad Fudhoil [atau lebih dikenal dengan sebutan Abu Mush’ab Az­Zarqawi] selama saya bergaul bersama beliau.

Tadinya saya ragu apakah menulisnya atau tidak, namun setelah istikharah hati saya mantap untuk melakukan hal ini. Pertama­tama, saya menuliskan semua memori yang saya ingat tentang beliau. Semoga Allah menerimanya sebagai amal sholeh saya yang bermanfaat buat mujahidin lain yang masih bebas (belum­dan semoga tidak – tertangkap) dimanapun mereka berada. Dan saya selalu mengikuti berita kemenangan dan kesuksesan mereka dalam menyerang musuh dengan bangga sekaligus rindu, kapan saya bisa seperti itu. Mereka adalah singa­singa dan pahlawan dan menurut saya akhi Abu Mush’ab adalah salah satu dari mereka, demikianlah anggapan kami dan hanya Allah yang mengetahui hakikatnya.

Baiklah kita mulai, Setelah Allah takdirkan kaum mujahidin berhasil mengalahkan Rusia, sejak itu terjadi banyak persengketaan antar mujahidin Afghan itu sendiri, banyak sekali ikhwan­ikhwan arab berfikir untuk pulang ke negeri mereka masing­masing. Terutama yang dari Saudi, Yaman dan Yordania, di tiga negara ini keamanan tidak seketat di negara lain seperti Mesir, Suriah, Aljazaair dan libya. Kami sebagai pendatang yang tengah didera konflik, yang menurut kami aman saat itu kami pilih Sudan dan Somalia, dan beberapa negara kecil Afrika. Ada juga ikhwah yang pergi ke negara bekas jajahan Uni Soviet yang memisahkan diri. Ada juga yang tidak menentu, berpindah­pindah dari satu negara ke negara lain. Beberapa ikhwah yang kami pandang memiliki keihklasan, melihat ini sebagai kerugian besar pada tubuh Mujahidin. Artinya harus segera diambil langkah nyata untuk menghentikan kerugian ini, potensi­potensi besar yang terpendam pada jiwa­jiwa yang telah tergembleng oleh jihad ini harus segera disatukan kembali, disinergikan dan kemudian digunakan untuk melakukan perubahan dunia yang selama ini kita inginkan. Inilah pemikiran pertama yang menjadi dasar kenapa Tandzim Al­Qa’idah dibentuk.

I. Fase I’dad [Persiapan]

Langkah pertama, kami mengumpulkan data­data tentang para tokoh yang ikut dalam jihad Afghan seperlu kami. Baik data lama atau yang terkini, diantara para tokoh ini kami utamakan yang berasal dari Yordania dan Palestina. Kami tidak pernah ketinggalan di dalam mengikuti berita perkembangan mahkamah militer yang dibentuk pemerintahan Yordania untuk menghukum ikhwan­ikhwan dari Yordan yang “veteran Afghan” dan Organisasi­organisasi Jihad Islam yang berusaha melancarkan operasi jihad melawan pemerintahan pro Yahudi di Palestina. Di Yordania, yang paling menonjol kala itu adalah Al­Akh Abu Muhammad Al ­Maqdisi dan Al­Akh Abu Mush’ab Az­Zarqawi karena terkait dengan pemikiran mereka berdua yang dianggap ekstrim oleh pemerintah setempat.

Diwaktu yang sama, Akh Abu Qotadah [Umar bin Abu Umar, penulis kitab Al­Jihad wal Ijtihad] dalam majalah Al­Manhaj yang beliau terbitkan di London, banyak sekali menampikan pemberitaan tentang ikhwah­ikhwah Yordania tersebut. Kami membaca surat­surat Al Maqdisi dan Abu Mush’ab yang dimuat disana, serta bagaimana kisah mereka bisa diseret ke pengadilan. Akh Abu Qotadah sendiri, selalu menyampaikan optimismenya bahwa kita sekarang punya ikhwah­ikhwah yang bagus yang bergerak di Yordania. Mereka ini memiliki masa depan menjanjikan untuk dakwah tauhid yang penuh berkah ini. Kami gembira sekali begitu mendengar mereka dibebaskan pada tahun 1999. Tak berselang lama, kami dengar berita bahwa Abu Mush’ab tiba di Pakistan bersama rombongannya. Kami tidak terlalu kaget, sebab bagi kami adalah suatu hal yang wajar bagi orang yang paham Islam dengan benar untuk bergabung dengan kelompok yang mengusung panji jihad. Data­data yang kami miliki tentang Abu Mush’ab, mengindikasikan bahwa beliau nampaknya ingin pergi ke Chechnya. Padahal menurut kami ada lahan­lahan lain yang tak kalah “panas”nya dan perlu untuk digarap. Keinginan beliau itu untuk pergi berjihad, paling tidak menunjukkan bahwa ia tidak main­main dalam merealisasikan cita­citanya untuk merubah kondisi umat. Ia sadar perubahan ini harus ditempuh dengan langkah nyata, bukan sekedar dengan angan­angan dan teori. Umat sendiri hanya akan terbangun dari tidurnya ketika mereka kita libatkan dalam hal nyata. Inilah yang menjadi alasan, mengapa dalam programnya Al­Qai’dah melibatkan seluruh komponen umat. Nanti akan kita jelaskan lebih lanjut tentang ini, Insya Allah.

Seperti kami perkirakan, Abu Mush’ab dan rombongannya menghadapi masalah izin tinggal selama di Pakistan. Mereka ditangkap walaupun akhirnya mereka dilepaskan oleh pihak Pakistan tapi dengan syarat mereka harus meninggalkan Pakistan. Akhirnya tak ada pilihan lain bagi beliau selain masuk ke Afghanistan. Saya mendengar berita bahwa Abu Mush’ab beserta rombongan dari Yordania telah tiba di Kandahar. Sayangnya, waktu itu saya sibuk dengan urusan luar daerah, saya baru kembali dari Kandahar dua pekan setelah Abu Mush’ab tiba. Sesampai disana, saya segera menemuinya di rumah yang khusus disediakan untuk tamu­tamu baru yang dari luar. Kami tidak perlu mempertanyakan kredibilitas Abu Mush’ab [juga Al Maqdisi], sebab berita tentang kepribadiannya dan bagaimana ia bersikap tegas ketika diadili oleh Mahkamah Militer Yordania sudah cukup. Apalagi Syaikh Abu Qotadah dan satu Syaikh lagi yang pro­jihad dari Yordania telah merekomendasikan nama beliau berdua. Sebelum itu, saya telah mengutus seseorang untuk mengawasi Abu Mush’ab dan bagaimana pergaulan mereka dengan ikhwan­ikhwan lain. Dan nampaknya, beliau memiliki beberapa pemikiran ekstrim yang tidak cocok dengan pemikiran ikhwan­ikhwan di sini. Ini membuka kembali memori saya di masa lampau, ketika pertama kali Allah memberi saya hidayah memahami Islam secara benar di awal­awal tahun 80an. Memori ini, membuat saya bisa memaklumi kerasnya pemikiran Abu Mush’ab sebelum saya bertemu dengannya.

Setelah sholat Isya’ sampailah saya di rumah dimana Abu Mush’ab berada. Saya ditemani oleh seorang ikhwan dari Mesir, Ikhwan ini tadinya dibesarkan oleh Jama’ah Islamiyah Mesir. Ia salah satu murid dari Syaikh Abdul Akhiir, tapi kemudian tidak sepakat dengan ikhwan­ikhwan dan masyaayikhnya di sana pada beberapa ijtihad langkah perjuangan. Kami masuk ruang tamu, Abu Mush’ab sudah siap menyambut kami, karena dua jam sebelumnya saya mengutus kurir untuk memberitahu beliau bahwa saya akan datang. Kami saling berpelukan dan mengucapkan salam selamat dan bahagia kepada ikhwan­ikhwan ini, kesan pertama duduk disampingnya anda akan merasa duduk bersama orang yang sama sekali biasa, polos dan tawadhu’. Seperti biasa, kamipun saling memperkenalkan diri, pihak kami yang memulai terlebih dahulu. Setelah lama berbincang, saya merasa tengah berhadapan dengan orang yang banyak memiliki sisi persamaan dengan saya. Sosok yang tegas, tidak banyak bicara, menyampaikan pemikirannya dengan kata­kata singkat, tidak pernah berkompromi dengan apa yang ia yakini. Memiliki tujuan jelas yang ingin ia wujudkan; Mengembalikan Islam dalam kehidupan manusia yang nyata. Ia tidak banyak berfikir terperinci mengenai cara, methode atau sarana apa yang harus dipakai untuk mencapainya. Yang penting baginya adalah merealisasikan tauhid, memahami aqidah yang benar dan berjihad melawan musuh­musuh umat. Ia belum memiliki banyak pengalaman dimedan lapangan, meski demikian cita­citanya sangatlah besar, target­targetnyapun jelas. Panjang lebar saya tanya beliau tentang kondisi Yordania dan Palestina. Data yang ia ketahui tentang Yordania cukup bagus, Mengenai Palestina nampaknya ia tidak banyak tahu.

Setelah itu, sampailah kami pada point pembicaraan mengenai perbedaan pendapat dia dengan ikhwan-ikhwan di sini, kami sama sekali tidak bertujuan mendebatnya, untuk sementara target kami adalah bagaimana dia bisa simpatik dengan kami. Perbincangan kami berjalan tak terasa sampai lima jam nonstop, kami mendengarkan semua yang ia miliki. Begitu selesai, kami berpamitan dan sepakat untuk bertemu dua hari lagi.

Keesokan harinya, saya ada jadwal pertemuan rutin dengan Syaikh Usamah dan Syaikh Aiyman Adz­Dzawahiri. Biasanya selesai membahas permasalahan kami selalu mengadakan dialog. Nah, dalam kesempatan inilah saya sampaikan masalah Abu Mush’ab untuk didialogkan bersama. Ikhwan-ikhwan di sini sudah biasa dengan perbedaan pendapat dalam kasus Abu Mush’ab, menurut kami itu bukan barang baru. Karena dulupun, ratusan ikhwan yang datang dari berbagai penjuru dunia datang dengan pemikiran masing­masing, dan biasanya kami tidak sepakat dengan mereka dalam beberapa hal. Pemicu perbedaan ini biasanya berangkat dari cara memahami prinsip Al Wala’ wal Baro’, kemudian efek dari masalah ini yaitu tentang takfir (mengkafirkan orang) dan pemahaman murjiah. Perbedaan selanjutnya biasanya tentang langkah dalam berjuang dan dalam menyikapi kondisi lapangan, semuanya memahami berdasarkan negeri dan tempat asalnya. Nah, sisi penting yang menjadi perbedaan ikhwan-ikhwan dengan Abu Mush’ab adalah tentang menyikapi pemerintah Saudi. Terutama tentang kufur tidaknya pemerintahan tersebut. Akhirnya, saya menyarankan agar mereka menyerahkan urusan Abu Mush’ab ini kepada saya. Karena bagaimanapun, seorang ikhwan atau satu kelompok yang datang tetap harus diurus. Tidak bisa kita tinggalkan hanya lantaran perbedaan yang tidak mendasar.

Dua Syaikh itu menyerahkan urusan Abu Mush’ab kepadaku:

Dalam data­data kami, ternyata Al Qa’idah tidak memiliki banyak pengikut di Palestina dan Yordania. Padahal kedua negara itu – terutama Palestina – adalah pusat masalah yang sekarang dihadapi umat secara menyeluruh. Sebab, negara Israel terus eksis selama pemeritah negara­negara Timur Tengah memberikan dukungan dan bantuan., dan selama negara barat terus membantu Yahudi. Meruntuhkan eksistensi dan negara Yahudi sama dengan merubah kondisi umat. Sedangkan ini tidak mungkin kecuali menjadikan Israel lemah. Selanjutnya, kami berfikir; berarti harus ada anggota kita yang bertebaran di berbagai penjuru dua negara tersebut. Lantas, mengapa kita menyia­nyiakan kesempatan dengan datangnya Abu Mush’ab dan rombongannya ini, setelah dialog dua jam, ikhwan-ikhwan menyerahkan urusan ini kepada saya.

Alhamdulillah, ide ini sangat melegakan saya. Sejak sepuluh tahun terakhir saya sulit tidur memikirkannya. Dulu saya tidak sepakat dengan semua orang kaitannya dengan penerapan strategi dan taktik dilapangan. Masalah ini saya hadapi sejak pertama kali saya dipenjara di Mesir terkait kasus pembentukan organisasi Jihad dan usaha menggulingkan pemerintahan Mesir, yaitu pada tanggal 6 mei 1987 M. pada waktu itu ada 6000 ikhwah yang ditahan terkait dengan kasus ini, 417 diantaranya diajukan ke pengadilan. Kasus ini terkait dengan usaha pembunuhan mantan Mendagri Mesir, Hasan Abu Pasha dan seorang jurnalis bernama Mukrim Muhammad Ahmad. Waktu itu, saya termasuk salah satu jajaran tinggi Komandan Kesatuan Khusus Angkatan Bersenjata Mesir. Ada seorang lagi dari kesatuan khusus yang turut ditahan bersama saya, yaitu Akh Muhammad Al­Barom. Semoga Allah senantiasa menjaga beliau dan meluruskan langkahnya.

Yang jadi masalah, saya melihat ikhwan-ikhwan di Tandhim Jihad dan Jamaah Islamiyah Mesir belum memiliki skill dan pengalaman lapangan yang cukup untuk melakukan perubahan yang selama ini diharapkan. Nah, kadang kekurangan inilah yang menjadikan kami sendiri dan ikhwan-ikhwan lain terlampau bersemangat dan tak jarang asal­asalan dalam menjalankan operasi, tidak memperhitungkann langkah ke depan, baik dalam jangka pendek ataupun jangka panjang. Tidak pernah berfikir untuk melibatkan potensi seluruh umat kaitannya dengan dukungan moral. Padahal, yang namanya perubahan memerlukan unsur­unsur, mulai dari pemikiran, SDM, materi (dana), pemimpin­pemimpin yang ikhlas, teruji dan jeli dalam menentukan target dan sarana mewujudkannya, yang berpemikiran jelas dan tidak samar.

Sebelumnya, saya sampaikan sebab­sebab yang mendorong saya meninggalkan Mesir begitu kasus yang saya hadapi selesai. Ada sisi kesamaan dengan sebab yang mendorong Akh Abu Mush’ab meninggalkan negerinya. Bahkan bisa dibilang hampir mirip. Diantaranya:

1. Aparat keamanan, baik di Mesir dan Yordania, sama­sama menganggap organisasi­organisasi islam militan sebagai aancaman utama. Organisasi­organisasi yang mengingkan perubahan secara total, baik politik, ekonomi, intelektual, sosial dan lain­lain. Melihat hal ini, tentu saja mereka terus memantau pergerakan aktivis Islam, dan berusaha menyerang sedini mungkin agar para aktivis itu gagal dalam memperjuangkan keinginannya.

2. Aparat di dua negara ini mulai menanam orang di dalam tubuh organisasi­organisasi Islam tadi. Dan ternyata mereka berhasil. Kita tidak perlu mengupas lebih lanjut masalah ini di sini. yangn penting, kami melihat kepemimpinan organisasi­organisasi ini harus terhindar betul dari serangan­serangan pemerintah. Sehingga, mereka bisa menjalankan program dan melaksanakannya dengan sebaik mungkin.

3. Sarana­sarana material untuk mengadakan perubahan, tidak tercukupi di dua negara ini. Sehingga perlu mencari jalan dan pengumpulan dana dari luar.

4. Dalam rangka turut andil membela umat dalam menghadapi berbagai masalah “panas”. Orang yang memiliki kepribadian luhur, tidak akan rela umat dan keluarganya terhina.

Inilah faktor­faktor yang mendorong orang-orang seperti saya dan Akh Abu Mush’ab meninggalkan negerinya, dan pergi ke medan­medan jihad yang terbuka di dunia Islam.

Kembali, begitu dua syaikh itu menyerahkan urusan Abu Mush’ab ke saya, saya menghubungi ikhwan­ ikhwan yang saya percaya, baik intelektualitas dan kapasitas ilmunya, maupun pengalaman di lapangan. Kami melakukan pertemuan darurat dan singkat, mendialogkan dari berbagai sisi, mengenai cara memperbanyak orang di Palestina dan Yordania. Setelah berlangsung rapat selama 9 jam non stop – kami hanya istirahat untuk sholat dan makan – akhirnya kami berhasil mencapai kesepakatan­kesepakatan penting. Sekarang saya punya ide dan cara pandang yang jelas dan utuh, untuk membuat sebuah proyek baru yang besar. Sukses tidaknya proyek ini sangat terkait dengan setuju tidaknya Akh Abu Mush’ab. Tak henti­hentinya saya berdoa kepada Allah, agar memberiku kemudahan dalam meyakinkan Akh Abu Mush’ab dan teman-temannya tentang proyek penting ini, ini adalah proyek Islami yang besar. Kita akan berupaya betul agar proyek ini berhasil dan sukses.

Esoknya, adalah hari dimana kita janji untuk bertemu kembali dengan Akh Abu Mush’ab. Tepatnya pukul 09.00 pagi, saya bersama ikhwan Mesir yang tadi saya ceritakan, berangkat. Kali ini, kami juga ditemani seorang ikhwah dari Jazirah Arab, aslinya dari Hijaz. Hijaz termasuk negeri yang melahirkan orang-orang yang memiliki andil besar dalam kancah jihad dan perjuangan Islam, di berbagai penjuru dunia. Orang ini banyak memiliki kesamaan fikIran dengan saya dalam berbagai hal.

Sesampai di sana, kami tidak masuk ruang tamu seperti biasanya. Kami justru memanggil Akh Abu Mush’ab untuk ikut kami. Waktu itu beliau kami minta sendirian. Akhirnya, kami menaiki mobil menuju rumah ikhwan Hijaz ini. seperti lazimnya, kami perkenalkan Akh Abu Mush’ab kepada ikhwan Hijaz ini. dan saya rasa, Abu Mush’ab bisa menerima pemikiran ikhwan Hijaz ini dengan lapang dada.

Saya memulai pembahasan, karena sayalah yang mengusung proyek yang besar ini dan punya cara pandang paling utuh dari berbagai sisi dan tujuannya. Sebenarnya, point inti dari proyek ini adalah mendesaknya untuk segera membuka sebuah daerah baru di Afghanistan, yang disana kita akan memiliki kamp latihan sederhana untuk latihan harian. Rencananya, Akh Abu Mush’ab lah yang diminta untuk menjadi penanggung jawab daerah atau basis baru ini, sengaja kita buat untuk mengundang ikhwan-ikhwan terutama dari Yordania, Palestina, Suriah, Lebanon, Irak dan Turki. Sebab menurut kami, negara­negara ini sangat strategis. Sementara, kami merasa tidak berkemampuan untuk menggarap daerah­daerah tersebut.

Point berikutnya, kami telah diskusikan secara matang bersama ikhwan-ikhwan senior, daerah yang akan kita buka ini harus dijauhkan dari basis utama kami, namun berdekatan dengan daerah sebelah barat Afghanistan yang berbatasan dengan Iran. Pertimbangan kami adalah, jalur yang aman bagi para ikhwan yang ingin masuk hanya dari Iran. Sebab, fihak Pakistan mulai sangat ketat memantau pergerakan kami. Sangat sulit bagi ikhwan Arab atau yang lain untuk masuk melalui jalur Pakistan. Berbeda dengan mereka yang masuk melalui jalur TurkiIranAfghanistan, mereka masuk dengan mudah. Nah, kota paling tepat yang kami pilih untuk proyek ini adalah kota Heart. Heart adalah kota terletak di bagian barat Afghan yang paling dekat dengan perbatasan Iran. Di satu sisi, kota ini juga jaun dari basis utama kami. Mengenai kebutuhan material, ikhwan dari Hijaz tadi bersedia menanggungnya, sesuai jumlah orang yang akan tinggal dan kebutuhan­ kebutuhan proyek.

Suatu hal yang kami sampaikan juga kepada Akh Abu Mush’ab, kami tidak akan menuntut beliau ber­bai’at secara total kepada Tandhim kami, kami hanya menginginkan tantsiq (kerjasama atau aliansi) untuk menggapai tujuan bersama.

Kami tegaskan juga kepada beliau, bahwa kami siap memberikan latihan khusus bagi anggota atau tim beliau yang menonjol. Kami juga sudah menjalin kerjasama dengan ikhwan Thaliban, supaya ke depan tidak terjadi hal­ hal yang tidak diinginkan. Kami mengusulkan kepada beliau agar membuat dua tempat transit, pertama di Teheran, dan satu lagi di Masyhad. Ini untuk memudahkan keluar masuk ikhwan-ikhwan dari dan ke Afghanistan.

Ide­ide ini memiliki satu target, yaitu menjalin hubungan ikhwan-ikhwan di negara­negara Arab dan dunia Islam, sekaligus membukan kesempatan bagi ikhwan-ikhwan yang benar-benar ikhlas untuk berjihad.

Khususnya bagi mereka yang “belum” sepakat dengan pemikiran Al-Qa’idah. Sebab, dibukanya daerah ini akan membentuk kesepakatan pemikiran secara bertahap, dan dimasa mendatang akan mensejajarkan langkah dengan izin Allah.

Selesai mengutarakan ide kami, kami sudah tidak sabar menunggu jawaban Akh Abu Mush’ab. Sejurus kemudian, beliau mengatakan, “Saya punya orang-orang dekat yang saya jadikan penasehat. Akh Kholid Al ‘Ariwi dan Akh Abdul Hadi Daghlas adalah orang-orang yang selalu mendampingiku sejak kami merintis jalan ini. sudah sewajarnya mereka dimintai pertimbangan dan saran”.

Kami mengiyakan permintaan beliau. Kita sepakat bertemu dua hari lagi, yaitu hari Jum’at. Akhi dari Hijaz menjanjikan akan mengundang kita untuk makan bersama di rumahnya. Kamipun setuju. Tapi Abu Mush’ab meminta agar kedua teman dekatnya tadi turut diundang. Ok. Kami akan kirimkan satu mobil untuk menjemput mereka nanti sebelum sholat Jum’at, supaya kita dapat sholat jum’at bersama­sama.

Rencana berjalan lancar. Hari Jum’at, kami bisa sholat jum’at bersama­sama. Setelah itu pergi ke rumah Akhi dari Hijaz, di sana kami menyantap hidangan yang telah disediakan. Waktu itu kami disuguhi hidangan kambing Arab. Sembari menikmati makanan, kami berbincang­bincang. Akh Abdul Hadi – teman Abu Mush’ab – mulai mengajukan beberapa pertanyaan. Dari penampilannya, nampaknya ia memiliki kepandaian yang cukup. Dengan izin Allah, kami jawab semua yang ia ajukan. Al hasil, kita semua sepakat dengan proyek ini. besok kita akan segera melakukan persiapan.

Program dimulai. Kali pertama, Abu Mush’ab dan kedua temannya kami beri tugas untuk memberikan latihan khusus selama 45 hari kepada rombongannya. Ketika latihan berlangsung, kami menjanjikan akan mengadakan latihan di Heart dan akan datang ke sana.

Mulailah Abu Mush’ab mengontak ikhwan-ikhwan Yordan untuk datang. Ketika latihan berlangsung, kami perhatikan Abu Mush’ab dan kedua temannya adalah sosok yang sangat agresif dan selalu ingin menggapai prestasi yang lebih baik lagi dan lebih baik lagi. mereka kuat dalam latihan.

Waktu berlalu begitu cepat. Latihan ini selesai. Kami segera bersiap­siap pergi ke Herat sesuai rencana. Ditengah acara persiapan ini, kebetulan ada sua orang ikhwan Suriah yang datang. Kami langsung sodorkan proyek Heart kepada mereka. tanpa ragu mereka sepakat. Kami sama­sama pergi ke Heart. Sesampai di sana, ikhwan-ikhwan di sana sudah menyiapkan tempat bagi kami di Heart, pelosok tepi. Di sana dibangun kamp­kamp sederhana dan kecil, dilengkapi kebutuhan-kebutuhan logistik yang memadai.

Alhamdulillah, kami tinggal di sana selama empat hari. Sungguh luar biasa, kami merasakan kesamaan pemikiran yang begitu kompak dengan Akh Abu Mush’ab dan teman-temannya begitu kami akan meninggalkan Heart. Kami telah merencanakan pertemuan rutin setiap bulan secara bergantian, bulan ini kami yang datang ke Heart bulan berikutnya mereka yang datang ke markas kami. Mereka kami tinggali tiga buah mobil Pick Up. Kendaraan jenis inilah yang selalu menemani perjalanan kami. Kami menjanjikan kendaraan lain jika memang dirasa perlu. Kamipun pulang dengan lega, kami yakin Abu Mush’ab, kedua temannya dan ikhwan-ikhwan Suriah itu akan berhasil dalam proyek kali ini, bahkan mungkin akan melampaui target. Mereka adalah orang-orang yang memiliki tekad seperti gunung. Semangat keislaman dan perhatian terhadap masalah kaum muslimin yang mereka tampilkan, belum pernah saya lihat ada pada siapapun. Sesampai di tempat kami, kami mengeluarkan pernyataan resmi kepada ikhwah ditempat kami. Nampaknya mereka mendengarnya dann sangat senang. Al hamdulillahi Rabbil alamin….

Waktu terus berjalan….sebulan sudah kami tidak ke Heart.

Selama jeda waktu ini, kami telah menyiapkan 3 buah Pick Up, berisi barang­barang logistik yang akan dibutuhkan ikhwah di Heart. Saya berangkat bersama lima orang ikhwah Arab, diantaranya Akh dari Hijaz yang kami ceritakan di muka. Kami ditemani juga oleh dua orang ikhwan Afghan. Kami sampai di Heart selepas sholat Ashar, sebelum kami datang, kami terlebih dahulu mengkabari Abu Mush’ab. Di sana beliau ternyata sudah menunggu kami dan telah menyiapkan hidangan makan siang. Sekedar tahu, hidangan ini terdiri dari berbagai jenis makanan. Tapi nampaknya didominasi oleh makanan ala Syam. Sangat spesial dan lezat rasanya. Berbeda dengan makanan yang kami santap bulan lalu ketika kami berada di tempat yang sama selama empat hari. Saya iseng menanyakan masakan ini. mereka bilang, ada dua keluarga Suriah yang datang, aslinya dari Halb, mereka tinggal di Turki dan tiba di Heart lima hari yang lalu. Merekalah yang menyiapkan hidangan kali ini. berita ini tentu saja sangat menggembIrakan saya, sebab itu artinya rencana kami mulai sedikit menuai sukses. Al hamdulillah, saya hanya bisa memuji Allah sebanyak­banyaknya.

Kami beralih tema. Saya mulai bertanya tentang problem apa saja yang dihadapi selama sebulan ini dan bagaimana pemecahannya. Yang jelas, selama sebulan ini hasil baru yang bisa dilihat adalah:

  • Abu Mush’ab dan teman-temannya berhasil mempererat hubungan dengan para petinggi Thaliban di kota tersebut. Dari hubungan inilah, ikhwah di Thaliban siap menyediakan sarana untuk mencukupi berjalannya proyek ini dan mereka turut berusaha agar proyek ini berhasil.
  • Dulu, kami hanya meninggalkan lima orang di Heart; Abu Mush’ab dan dua teman dekatnya, ditambah dua ikhwan dari Suriah. Sekarang, dua keluarga dari Suriah yang menyusul itu terdiri dari 13 orang. Seorang adalah kepala keluarga, tiga pemuda tanggung berusia 16 tahun, dua wanita dan enam remaja wanita. Dengan demikian jumlah ikhwan Arab di Heart sekarang berjumlah 16 orang.
  • Bersama ikhwah Suriah, Akh Abu Mush’ab membuat acara­acara kemiliteran dan taklim (kajian ilmu). Menurut saya ini cukup bagus. Beliau menitik beratkan materi penanaman akidah, menghafal Al Qur­aan, pelajaran sejarah, dan ilmu geografi.
  • Kami perhatikan juga, Akh Abu Mush’ab dan teman-temannya seperti sepakat membentuk struktur pemerintah yang lengkap dalam sebuah masyarakat. Karena mereka memperkirakan, ratusan ikhwan beserta keluarganya akan segera menyusul kemari, ke Heart.
  • Akh Abu Mush’ab memberitahu kami bahwa dirinya telah mengontak ikhwan-ikhwan di Yordania untuk hijoh. Beliau juga memberi kabar gembira akan kesuksesan pertamanya ini di Afghanistan. Beliau meminta siapa saja yang sanggup hijroh silahkan hijroh saja. Beliau juga mengutus orang untuk mengirim keluarganya, dan keluarga teman dekatnya. Hal yang sama juga dilakukan oleh ikhwan-ikhwan Suriah. Ini menunjukkan, mereka sangat optimis proyek ini begitu penting dan akan berhasil.

Al hamdulillah, kami memuji Allah; kunjungan ini sungguh menyenangkan. Kami melanjutkan dengan membahas yang diperlukan di masa berikutnya. Mungkin kaitannya dengann logistik, kemudian masalah tempat transit di Masyhad dan Istanbul, Turki.

Kami tinggal bersama mereka selama tiga hari. Kami menyertai mereka dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Nampak dari sana keikhlasan dan semangat mereka.

Tiba saatnya kami kembali. Sesuai kesepakatan, bulan depan mereka yang akan datang ke tempat kami. Kamipun kembali dengan hati lega dan optimis sekali. Sampai-sampai Akh yang dari Hijaz tadi, mulai berfikir serius untuk bergabung dengan Akh Abu Mush’ab Cs di Heart. Kami memasukkan data baru tentang proyek Heart ini, yang baru berjalan tiga bulan, kemudian kami tunjukkan kepada beberapa ikhwan senior tentang rencana­rencana berikutnya.

Miniatur masyarakat Islam di Heart:

Waktu begitu cepat berlalu. Tibalah jadwal pertemuan bulanan, Akh Abu Mush’ab datang bersama Akhi dari Suriah, namanya Abul Ghodiyah. Beliau datang membawa kabar gembira baru: jumlah anggota kamp Heart bertambah menjadi 42 orang. Terdiri dari kaum pria, wanita, dan anak­anak. Termasuk keluarga Abu Mush’ab dan kedua teman dekatnya. Ada tiga keluarga Suriah lagi yang turut bergabung, salah satunya bahkan datang jauh­-jauh dari Eropa.

Abu Mush’ab memberikan berita gembira kepada kami, bahwa kini sudah mulai di bentuk masyarakat Islam kecil. Dan sebentar lagi, ada ikhwan-ikhwan dari Yordania dan Palestina yang akan datang ke Heart. Beliau juga melaporkan, jalur Iran­-Afghanistan kini sangat kondusif dan aman. Ini tentu sebuah point penting bagi Al-Qa’idah. Di masa mendatang, kami pasti akan memanfaatkannya, untuk menggantikan jalur dari Pakistan, khususnya untuk memudahkan pergerakan ikhwan-ikhwan Arab. Ini memunculkan ide baru bagi kami untuk menjalin dengan ikhwan-ikhwan yang ada di lembaga­lembaga kemanusiaan Iran, untuk ikut menyediakan fasilitas dan memantau jalur secara lebih maksimal, juga untuk menjalin kerja sama dalam beberapa urusan bersama. Rencana ini akhirnya berhasil.

Kerjasama ini adalah dengan ikhwan-ikhwan yang kami ketahui memiliki keikhlasan, karena mereka juga sangat anti Amerika dan Israel. Bukan dengan fihak pemerintah Iran. Dalam fase ini, saya melihat ada perkembangan mendasar pada kepribadian Abu Mush’ab sudah berubah, dulu ia tidak banyak berbicara dan sangat perhatian dengan berita perkembangan politik. Lain dengan sekarang. Beliau senang sekali melontarkan pembicaraan, perhatian dengan berbagai hal, tidak hanya politik. Ia mulai berfikir bagaimana membuka hubungan yang luas untuk mendukung kesuksesan proyeknya. Ia sudah bisa meyakinkan lawan bicaranya, bahwa saya lihat ia bertambah fasih mungucapkan bahasa Arab tingkat tinggi.

Ini adalah urusan bermasyarakat. Yang namanya masyarakat itu membutuhkan sosok pemimpin yang baik.

Teman beliau yang dari Suriah, sama bagusnya. Ia memiliki banyak pengalaman. Menguasai beberapa bahasa, diantaranya bahasa Inggris, Turki dan sedikit bahasa Kurdi.

Tentang ikhwan-ikhwan Suriah yang saya kenal ketika mereka baru tiba di Afghanistan dulu, adalah orang-orang paling ikhlas dan waro’ yang saya kenal selama saya hidup. Kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi di lapangan selama ini, barangkali termasuk faktor yang membentuk kepribadian mereka. mereka adalah orang-orang penurut (taat) dan mengerti tata krama terhadap pemimpin. Mereka memiliki motivasi kuat untuk belajar dan mendapatkan ilmu, baik secara teori maupun prakteknya. Maka tidak heran, optimis saya selalu meningkat setiap saya dengar ada ikhwan lagi yang akan bergabung dengan Abu Mush’ab.

Proyek Abu Mush’ab mulai berkembang. Ini dilihat dari sisi membengkaknya ikhwah yang bergabung dengan beliau, dari berbagai kewarga negaraan yang berbeda-­beda pula. Ada yang dari Suriah, Yordania, Palestina, beberapa orang Libanon dan Irak. Dengan izin Allah, Abu Mush’ab juga berhasil menjalin hubungan kerja sama dengan Tandhim Anshor Al Islam Kurdi, yang anggotanya banyak tersebar di daerah utara Irak. Tandhim ini memiliki basis-­basis yang jelas di sana.

Yang jelas setiap kali kunjungan, kami selalu melihat perkembangan baru pada Abu Mush’ab.

Pengaturan administrasi dan kemampuan militer para pemuda kamp Heart:

Memasuki awal­awal tahun 2001, sosok Abu Mush’ab sudah banyak berubah. Kini, ia memiliki skil-l­skill pribadi baru. Ini terlihat bagaimana ia memandang suatu masalah. Lebih berfikir strategis dan terencana ke depan. Ia mulai sibuk menjalin hubungan dengan fihak lain, yang berlainan etnis. Baik yang Arab maupun non Arab. Ia banyak berkeliling ke daerah-­daerah Afghan, untuk menjalin hubungan dengan masyarakat. Maka, sering sekali Akh Abdul Hadi menjadi wakilnya di Heart, karena beliau sering pergi. Biasanya dalam berpergian, beliau di dampingi Kholid Al ‘Aruri dan Sulaiman Darwisy Abul Ghodiyah. Pada intinya, ada sifat­sifat baru pada diri Abu Mush’ab, kurang lebih:

  • Abu Mush’ab mulai memikirkan kondisi umat Islam secara umum dan mendunia.
  • Teliti, perencanaan detail, dan ingin segera menyelesaikan setiap program.
  • Suka sekali membaca apa saja yang sedang terjadi di dunia internasional.
  • Abu Mush’ab mengagumi sosok pahlawan Islam, Jenderal Nuruddin Zanki, yang memimpin operasi pembebasan Masjid Al Aqsho, walaupun yang menyempurnakan bukan beliau, tapi Sholahuddin Al Ayyubi. Sehingga tidak heran, Abu Mush’ab selalu menanyakan buku apa saja yang memuat tentang sejarah Nuruddin Zanki dan muridnya, Sholahuddin. Saya bisa pastikan, membaca awal mula keberangkatan Nuruddin Zanki dari Mosul, Irak memiliki peran besar dalam mempengaruhi jiwa Abu Mush’ab dan mengapa beliau jadi memilih untuk pindah ke Irak pasca runtuhnya Thaliban.
  • Abu Mush’ab semakin perhatian dengan orang-orang dekat di sekelilingnya. Ia selalu membahas bagaimana cara memperkuat hubungan, baik kemasyarakatan dan emosional dengan mereka. Beliau kemudian mengikuti teladan Rosululloh SAW, yang menikahi putri Abu Bakar dan Umar (yaitu Aisyah dan Hafshoh). Akhirnya, beliau memutuskan untuk menikahi putri seorang ikhwan dari Palestina yang turut dengan beliau. Demikian dengan halnya dengan rekan-­rekan Abu Mush’ab, mereka menikahi dan menikahkan anak-­anak ikhwan sesama ikhwan. Walaupun kadang umur antara kedua pasangan sangat jauh. Abu Mush’ab dan rekan-­rekannya berubah menjadi satu keluarga yang saling menopang dan saling menyayangi. Satu akidah, satu masyarakat dan sepenanggungan ekonomi. Menurut saya, ikatan kasih sayang yang terjalin diantara mereka, hampir menyerupai ikhwal para sahabat Rosululloh SAW. Saya berkeyakinan ini adalah contoh masa kini dan dekat dengan kita, dimana para pelaku dakwah dan aktivis Islam hari ini mesti meniru sikap kasih sayang mereka.
  • Dua tahun setelah didirikannya kamp Heart, Abu Mush’ab mulai berfikir untuk mengirim pengikutnya ke daerah luar Afghanistan untuk membuka kamp latihan dan penggalangan dana. Pertama-­tama, beliau mengirim beberapa orang ke Turki dan Jerman. Hal ini disebabkan pengikut beliau yang berasal dari Suriah telah terlebih dahulu memiliki fasilitas dan sarana yang cukup memadai di dua negara ini.
  • Sejauh penilaian saya, Abu Mush’ab termasuk orang yang paling sensitif sentimennya terhadap urusan darah, kehormatan, dan berita tentang kaum muslimin.

Inilah sekilas tentang sejarah Abu Mush’ab sebelum kejadian sejarah 11 september.

Sekarang, kita beralih ke tema tentang penyerangan 11 September dan target­target yang dicanangkan oleh

Al-Qa’idah .

Target­target serangan 11 September:

Waktu itu, kita di Tandhim Al-Qa’idah sudah menyempurnakan persiapan untuk melakukan serangan besar.

Target yang kami ingin capai adalah berikut ini:

1. Sejak Amerika Serikat melepaskan diri dari kekuasaan kerajaan Inggris pada 200 tahun lebih sejak itu, Amerika melebarkan sayap jajahannya ke berbagai penjuru dunia. Bangsa ini memperlakukan orang-orang selain bangsanya dengan secara dzolim dan kejam. Mereka mengambil dan merampas hasil­hasil kekayaan bangsa lain. Mungkin sebagian kita tidak percaya kalau kami kemukakan bukti, bahwa tahun 1817 saja, Amerika sudah mulai berangkat untuk menjajah Aljazair. Namun, para mujahidin dan pelaut­pelaut tangguh dari Arab yang gagah berani menghadang mereka di laut Tengah. Waktu itu, barat menganggap aksi ini adalah aksi bajak laut. Setelah terjadi pertempuran selama tiga bulan lebih tanpa henti, mujahidin berhasil mengalahkan penjajah Amerika.

Sejak serangan Amerika ini, program penjajahan Amerika yang disetujui dalam Konggres negara­negara Eropa II di Wina tahun 1815, dijalankan. Sejak itulah, Amerika Serikat benar-benar mengerahkan segala kekuatannya untuk menyerang umat Islam, dengan tujuan menghinakannya, menguasai hasil bumi dan sumber dayanya. Hal yang sama juga dialami oleh bangsa­bangsa lemah di dunia. Seabad lalu, kita saksikan bersama dalam sejarah, Amerika berusaha menguasai China, Korea, dan Vietnam. Mereka juga menjajah bangsa­bangsa Afrika dan Amerika Latin. Tujuannya jelas, sebuah serangan brutal di siang bolong. Penjajahan yang terilhami oleh berbagai kepentingan tersembunyi dan selalu dikaburkan. Betapa banyak negara dan pemerintahan yang diruntuhkan oleh Amerika. Masih jelas dalam ingatan kita kejadian di Yughoslavia. Amerika juga menjadi aktor dibalik pembunuhan pemimpin­pemimpin negara yang menentangnya. Mereka benar-benar menggunakan berbagai cara untuk mencapai kepentingannya. Di sisi lain, tidak ada satu negara atau bangsapun yang berani melancarkan pembalasan kepada Amerika di tanah airnya sendiri. Akibatnya, kesombongan dan rasa tinggi hati bangsa ini semakin menjadi­jadi.

Kesombongan inilah yang kemudian oleh mereka dijadikan alat untuk melancarkan perang urat saraf, semakin membara sajalah tirani dan kedzaliman mereka. klimaksnya, mereka sudah tidak lagi menganggap eksistensi negara lain.

Melihat fenmena inilah, target utama kami adalah memukul “kepala ular” di negerinya sendiri, untuk meruntuhkan arogansi dan kesombongan mereka. sekian persen dari target utama ini tercapai atas izin Allah, alhamdulillah. Kalau saja di masa mendatang Allah takdirkan serangan­serangan kami sukses seperti serangan terhadap gedung menara kembar (WTC), dunia pasti akan merasakakn angin perubahan cepat. WAllahu A’lam.

2. Target kedua adalah, melahirkan kepemimpinan dunia yang baru dan lebih baik untuk mengatur tatanan dunia internasional yang hari ini tunduk dibawah persengkokolan Zionis­Salibis. Karena menurut kami, hanya kaum muslimin yang tulus ikhlas sajalah yang bisa memimpin ummat manusia dengan baik, sekaligus mengerluarkan mereka dari kegelapan, penjajahan dan kekejaman yang dilakukan persengkokolan Zionis Salibis ini. ketika umat Islam dan kaum tertindas lainnya melihat, ternyata ada orang-orang yang berani menghadapi persengkongkolan jahat ini, dan orang-orang ini memiliki kemampuan cukup terjamin dan teruji, saat itulah kekuatan baru ini akan mengambil alih kepemimpinan umat manusia dengan cara yang lebih baik, yang akan melawan semua kekuatan jahat, dzalim dan kejam.

Kaedah dan sunnah baku bagi kita adalah, yang benar akan datang dan yang bathil akan lenyap.

Sesungguhnya kebathilan itu pasti akan lenyap. Kita harus ingat selalu, bahwa kebenaran bangkit melawan kebathilan, kebenaran pasti menjadi fihak yang menang. Baik dalam waktu yang singkat maupun panjang.

Syi’ar kami dalam melaksanakan urusan ini adalah perkataan sahabat Rib’iy bin Amir dalam kancah perang Qodisiyah, ketika komandan pasukan Persi, Rustum, menanyakan kepadanya alasan mengapa umat Islam datang kemari. Beliau mengatakan, “Allah telah mengirim kami untuk mengeluarkan manusia dari penyembahan terhadap sesama manusia, menuju peribadatan kepada Allah, tuhan semua hamba. Dari kedzaliman agama­agama menuju keadilan Islam. dari sempitnya dunia, menuju lapangnya dunia dan akherat”.

Karena, orang yang bebas dan memiliki harga diri, tidak akan rela dirinya dizalimi, demikian juga jika kezaliman itu menimpa keluarga dan umat manuisia seluruhnya. Lantas, bagaimana mungkin kami akan mendiamkan kezaliman terhadap nilai nilai kemanusiaan yang begitu terang­terangan ini. mengingat bahwa tujuan kami adalah melahirkan kepemimpinan islam yang jujur, ikhlas dan lebih baik, maka ini memerlukan pernyataan seluruh potensi umat, membangunkan semangat mereka dan menyadarkan orang-orang tertindas di seluruh dunia, untuk menghadapi “Setan gurita” yang tergabung dalam persengkongkolan jahat ini. kami ingin melahirkan kepemimpinan yang mengatakan sesuai dengan keyakinannya dan mempraktekkan kata­katanya, tidak takut – karena Allah – terhadap celaan para pencela, maju terus mengejar cita­citanya tanpa bisa dihentikan, selain takdir dan ketentuan Allah. Dan Alhamdulillah keteguhan ini teah terwujud.

3. Target kami yang ketiga, sekaligus terakhir, adalah: memancing si “ular” keluar dari sarangnya. Agar pada giliran berikutnya serangan­serangan terhadapnya semakin terarah secara bertubi­tubi, yang akan menjadikan ular ini lemah dan pecah kosentrasinya. Harapan berikutnya, kami bisa meraih lebih banyak lagi dari hati umat ini dan bangsa­bangsa tertindas. Sebab orang yang menerima serangan menyakitkan di kepalanya dari musuh yang terproteksi dengan baik serta tidak jelas ciri­cirinya, maka balasannya akan sekenanya saja dan tidak terarah. Ini akan memaksanya untuk melancarkan serangan­serangan yang tak terarah, sekaligus menjatuhkannya dalam jurang marabahaya, bahkan tak mustahil bisa membunuhnya. Dan benar saja, inilah yang terjadi. Terjadilah serangan balik Amerika terhadap Afghanistan, diikuti dengan agresi ke Irak. Mungkin saja keasalahan­kesalahan sering terjadi dari fihak mereka, dan insyaAllah mereka akan terus melakukan serangan yang tidak terarah dengan matang.

Balasan seperti ini diarahkan oleh Amerika dan sekutu­sekutunya ke arah umat Islam yang tengah lelap tertidur sejak kurang lebih dua abad lamanya. Karena mereka telah dipukul di kepala dan organ vital tubuhnya. Pukulan ini akan terus meningkat dengan izin Allah, agar umat ini terbangun dari tidurnya dan sadar dari kelalaiannya. Rugilah Amerika dan Inggris serta siapa saja yang loyal kepada keduanya, ketika umat ini terbangun.

Karena tujuan kami adalah memancing Amerika agar keluar dari “sarangnya” dan melancarkan serangan­serangan besar ke arah umat kita yang sudah tidak memiliki eksistensi ini, ­sebab tanpa adanya serangan dari musuh seperti Amerika ini, sulit diharapkan umat ini akan bangun ­, maka senjata utama kami untuk mengalahkan musuh adalah kekuatan umat secara menyeluruh, dengan melibatkan semau potensi dan kemampuan mereka baik kemampuan materi maupun moral.

Hari ini, kita sudah memiliki sistem kepemimpinan yang memiliki kejelian, keikhlasan, dan pengalaman yang telah teruji. Demikianlah juga dengan umat Islam, sudah mulai sedikit demi sedikit terbangun dari tidurnya. Dan Amerika telah merasakan apa yang tidak mereka harapkan, demikian juga dengan sekutu dan boneka­bonekanya.

Tadinya Abu Mush’ab tidak tahu menahu dengan rencana serangan 11 September:

Demikian juga target serangannya. Beliau tidak tahu menahu. Maka kami jelaskan target­target kami kepada beliau dengan baik. Kami paparkan point­point penting pada setiap target ke depan secara berkala, dan kemungkinan Amerika akan melancarkan aksi balas.

Kami memprediksi, serangan kali ini hanya mampu memenuhi 20 % target yang kami canangkan. Tapi 20 % ini sudah cukup untuk memancing Amerika untuk melancarkan serangan balasan seperti yang sudah kita perkirakan.

Dan terjadilah apa yang terjadi. Dua bulan pasca serangan 11 September, mereka mengeluarkan ancaman untuk memberantas habis Al-Qa’idah di seluruh dunia. Dengan optimis, mereka menyatakan akan mampu mematikan jihad Islam dan menangkapi mujahidin dimanapun berada.

Mulai… Amerika mulai ngawur dalam berbicara dan melakukan tindakan. Dan terjadilah apa yang telah kami perkirakan dan rencanakan sebelumnya. Dengan diproklamirkannyaPerang Salib” oleh Bush Jr melawan Islam dan kaum muslimin dimana­mana. Perang salib yang telah berlangsung sejak lama, dan belum berakhir dengan kemenangan komandan Sholahuddin atas Richard itu, menyisakan banyak sekali pengalaman dan pengajaran kedepan yang banyak. Kedunguan dan arogansi Bush dalam melontarkan kata­katanya sendiri, merupakan kemenangan tersendiri bagi kami.

Kita kembali kepada Akhi Abu Mush’ab. Mulailah beliau tinggal di Kandahar, sehingga bisa lebih sering menyertai kami dari pada ketika beliau masih berada di Heart. Di sinilah beliau menerima banyak sekali pelajaran sekaligus memberikan andil besar dalam menjalankan perang global antara kebenaran melawan kebathilan internasional. Kebenaran diwakili oleh pengikut para Rosul dan pengemban risalah dari langit. Sedangkan kebathilan diwakili para pengikut setan dan risalah langit yang telah diselewengkan serta diputar balikkan menurut hawa nafsu segelintir manusia; yang mengedepankan kepentingan pribadinya, walaupun kepentingan itu harus mengorbankan orang lain.

Serangan Amerika ke Afghanistan terjadi akhir tahun 2001. Ketika itu Abu Mush’ab kembali ke Heart dengan pertimbangan agar lebih dekat dengan rekan­rekan dan anggota jama’ahnya. Kami tidak memiliki langkah yang terencana untuk melakukan perlawanan terhadap musuh. Sementara itu kota Heart adalah titik yang sudah lama diincar kaum Syiah, sebab kota ini termasuk bagian terpenting bagi mereka. kamp­kamp latihan, gudang­gudang logistik dan senjata milik Thaliban di sini dibuat luluh lantak oleh musuh. Maka dengan segera, kelompok oposisi Thaliban dan kaum Syi’ah datang ke kota ini dan menguasainya. Tidak ada pilihan bagi para pemuda, baik yang dari Al-Qa’idah, Thaliban maupun jama’ah Abu Mush’ab selain mundur dengan segera dan bergabung dengan kami di daerah­daerah timur Afghanistan. Sebelum Abu Mush’ab dan teman-temannya keluar dari sana, beberapa anggotanya tertangkap dan menjadi tawanan kaum syiah dan pasukan oposisi. Abu Mush’ab terus berusaha untuk membebaskan mereka. tetapi, nampaknya pembebasan bisa dibilang sangat mustahil. Akhirnya, beliau mengumpulkan 25 pasukannya. Setelah bersama­sama melakukan sholat hajat dua roka’at, beliau bersama ke­25 pasukannya ini menyerang tempat dimana teman-temannya ditawan. Serangan ini mendadak, sehingga cukup merepotkan para penjaganya. Serangan yang sungguh sangat gencar dan mematikan, karena para pelakunya hanya mengingkan dua pilihan: membebaskan teman-temannya atau mati karena itu.

Alhasil, para penjaganya kabur, semua ikhwah di sana berhasil diselamatkan tanpa adanya kerugian berarti di fihak beliau. Ini menunjukkan kamp latihan Abu Mush’ab yang berdiri hanya dua tahun itu telah berhasil melahirkan perwira­perwira yang siap berkorban apapun demi mempertahankan prinsipnya dan melindungi saudara­saudaranya. Mereka rela melakukannya, walau harus berhadapan dengan marabahaya. Begitu selesai, Abu Mush’ab dan pengikutnya bersiap keluar dari Heart. Akhirnya mereka berhasil keluar dari sana, mereka keluar dengan menggunakan 135 mobil. Sebab di dalamnya terdiri dari ikhwan-ikhwan Arab anggota Al-Qa’idah setempat dan juga ikhwan dari milisi Thaliban.

Jarak perjalanan menuju kandahar cukup jauh. Sementara pesawat­pesawat musuh terus mengejar dan berpatroli di udara Afghanistan. Tetapi Alhamdulillah, rombongan berhasil sampai di Kandahar dengan selamat.

Tadinya kami memutuskan untuk mempertahankan Kandahar, apapun hasilnya nanti. Maka kami mulai mengungsikan istri­istri dan anak­anak dari ikhwan Arab, dengan mengirim mereka ke Pakistan. Kemudian kami bersiap untuk melakukan perlawanan.

Suatu hari, ada perkumpulan ikhwah­ikhwah yang kami anggap penting. Diantaranya adalah Abu Mush’ab. Entah kenapa, ada satu ikhwan yang menggunakan telepon seluler yang tentu saja memakai bantuan satelit. Saya meninggalkan tempat ini bersama tiga orang ikhwan, beberapa menit setelah ikhwan Arab tadi mengaktifkan ponselnya. Sepuluh menit kemudian, pesawat Amerika menembakkan rudal ke rumah yang kami tempati tadi. Padahal, Abu Mush’ab dan dan beberapa ikhwan masih di sana. Serangan ini mengakibatkan atap rumah rubuh, untunglah tidak ada satupun ikhwan yang terbunuh. Tetapi sebagian mengalami patah tulang, diantaranya adalah Abu Mush’ab. Beliau mengalami patah tulang pada rusuk dadanya dan sedikit mengalami luka memar akibat tertimpa atap rumah.

Kandahar mulai diserang. Ada keputusan baru dari pimpinan kami, untuk segera mundur ke arah pegunungan dan mengirimkan ikhwan-ikhwan yang terluka ke daerah­daerah aman dan tidak menjadi target serangan. Waktu itu, termasuk Abu Mush’ab diminta agar keluar saja ke Pakistan, sebab ia terluka. Tetapi beliau menolak. Ia ingin terus bergabung dengan kami dan ikut terus dalam perang.

Biasa, Amerika takut melakukan pertempuran langsung berhadap­hadapan. Maka dari itu, mereka selalunya memakai cara menembakkan rudal dari pesawat. Mereka juga memanfaatkan tentara Aliansi Utara yang munafik dan tidak setuju dengan Thaliban untuk melakukan serangan dari darat.

Dari peristiwa di atas, dapat kami katakan bahwa Abu Mush’ab sama sekali tidak ingin lari dan mundur dari peperangan. Walaupun sebenarnya ia memiliki udzur syar’iy untuk tidak ikut.

Pertempuran berjalan tidak seimbang dan tidak berhadap­hadapan langsung. Target serangan Amerika kali ini, kurang lebih adalah sebagai berikut:

  • Menjatuhkan pemerintahan Islam Thaliban, dan berusaha agar jangan sampai bangkit kembali di masa mendatang. Sebab, pemerintahan inilah yang telah menyediakan tempat yang aman bagi Al-Qa’idah. Maka ini tidak boleh dibiarkan. Sebab, kalau pemerintahan ini terus berkelanjutan akan menjadi embrio tegaknya Khilafah Islamiyah yang selam ini dicita­citakan oleh semua orang islam di berbagai belahan dunia.
  • Membasmi Al-Qa’idah dan para pemimpinnya. Sekaligus menampakkan sebuah pelajaran bagi siapa saja si masa mendatang, bahwa mereka yang berani mengusik gajah besar (Amerika), harus diberi pelajaran yang setimpal. Ganjaran itu adalah dibasmi sampai habis. Ini termasuk ancaman terbesar yang kami hadapi pertama kali. Tantangan ini harus dihadapi dengan balasan seimbang pula. Maka pemerintah Thaliban mengambil keputusan berani, dengan membubarkan pemerintahan dan melakukan konsolidasi baru dalam menghadapi kenyataan yang sekarang terjadi di Afghanistan. Thaliban juga menargetkan perjuangan selama tujuh tahun ke depan untuk mengalahkan Amerika dan sekutu­sekutunya serta kaum munafik pengkhianat.

Kami segera melakukan apa yang menjadi program kami ini. oleh karena itu, tidak mungkin lagi bagi Al-Qa’idah untuk menampakkan diri di berbagai daerah secara terang­terangan seperti dulu, atau memakai sistem perjuangan lama. Kami dituntut untuk menyebar secara terorganisir dari awal, di setiap tempat yang dapat kami jangkau di seluruh dunia.

Kami tidak lari dari pertempuran:

Sebagian orang mungkin akan protes, seperti inikah sikap berani dalam mempertahankan prinsip dan nilai­nilai akidah yang kalian yakini? Lebih­lebih, Islam menganggap lari dari pertempuran adalah pengkhianatan besar.

Jawabannya ada pada point­point berikut:

  • Kami tidak lari dari pertempuran dan membiarkan ikhwan-ikhwan Thaliban menghadapi Amerika sendirian. Program kami adalah menyebar di seluruh bola bumi ini, dan coba membuka medan tempur baru dengan bebagai macam model terhadap Amerika. Tujuannya untuk memcah belah konsentrasi kekuatan Amerika, dan menghindari supaya mereka jangan sampai berkonsentrasi pada satu daerah saja.
  • Tehnik perlawanan yang diputuskan oleh para petinggi Mujahidin kala itu adalah perang gerilya dengan sistem hit and run (serang dan lari). Tekhnik ini menurut pelakunya harus orang lokal. Face wajah dan logat bahasa kami sebagai orang Arab tidak cocok untuk tugas ini. untuk ikhwan Arab yang sudah menguasai bahasa dan logat setempat, mereka diberi pilihan. Boleh tetap tinggal atau keluar bergabung bersama ikhwan-ikhwan yang lain di bumi pertempuran yang lain.
  • Aksi keluarnya mujahidin dari daerah ini, dan menyebarnya mereka di berbagai tempat yang lain, memberikan kekuatan dan potensi material dan SDM lebih banyak yang bisa kami gunakan dalam pertempuran. Lebih­lebih pertempuran kali ini tidak terbatas oleh batasan geografis tertentu tetapi sudah mendunia.
  • Kami menyadari langkah­langkah ini sangat penting untuk menjaga kelanjutan propaganda kami. Juga penting untuk menggagalkan salah satu target Amerika, yaitu membasmi anggota Al-Qa’idah dan para pemimpinnya.

Alhasil, kerugian yang kami alami tidak seberapa besar, Alhamdulillah. Lebih dari itu, para pemimpin Al-Qa’idah masih selamat dan terus menjalankan program perjuangannya di bumi Afghanistan. Sedangkan para pemuda yang menyebar di berbagai belahan dunia, telah berhasil membuka medan tempur baru antara mereka dengan Amerika dan orang-orang yang loyal terhadapnya, baik kaum murtaddin ataupun munafikin. Ini dibuktikan dengan hasil yang sekarang telah dicapai oleh Akhi Abu Mush’ab Az­Zarqawi dan pengikutnya di Irak. Saat itu, saya menjadi penanggung jawab pengamanan ikhwan-ikhwan Arab mengantar mereka ke Iran. Sesampai di sana, kita bagi tugas menurut yang kami anggap sesuai. Abu Mush’abdan pasukannya termasuk di dalamnya.

Kisah di Iran:

Kami mengirim ikhwan Arab ke Iran secara bergiliran. Sebelumnya, ikhwan lain dari Jazirah Arab, Kuwait, Uni Emirat Arab sudah terlebih dahulu keluar dari Afghanistan. Di sana, mereka berhasil menggalang dana cukup banyak. Sesampai di sana, kami membentuk struktur kepemimpinan pusat dan beberapa sub­sub cabang. Kami mulai menyewa beberapa apartemen untuk menempatkan beberapa ikhwan dan keluarganya.

Yang menggembirakan, ikhwan-ikhwan yang berada di Hizb Al­Islami pimpinan Gulbuddin Hikmatyar, turut memberikan bantuan berarti kepada kami di sini. mereka menyediakan apartemen dan menyerahkan perkebunan­perkebunannya untuk digunakan sesuka kami.

Kami mulai bekerja, kami terus menjalin hubungan dengan para petinggi yang telah kami tunjuk tadi, dan membekalinya sejak dari awal. Ini termasuk program kami selama kami keluar dari Afghanistan. Kami juga membentuk kelompok­kelompok perang yang kami kirim kembali ke Afghanistan untuk menyelesaikan tugas­tugas yang sudah kami atur di sana. Di sisi lain, kami juga mengkaji kondisi ikhwan-ikhwan di sini, yang nantinya kami pilihkan medan amal baru bagi mereka.

Setelah melalui pengkajian dan diskusi panjang , Akh Abu Mush’ab dan teman-temannya yang dari Palestina dan Yordania, memilih pergi ke Irak. Sebab dengan face dan logat bahasa yang mereka miliki, mereka mudah melakukan adaptasi dan konsolidasi di sana.

Berdasarkan perkiraan dan kajian yang mendalam, kami berkesimpulan Amerika pasti akan menyerang Irak, cepat atau lambat. Di sinilah nantinya mereka akan melakukan kesalahan kesekian kalinya. Perang Irak ini nanti, memiliki misi menjatuhkan pemerintahan di sana. Berdasarkan prediksi ini, kami harus memainkan peran penting dalam melakukan perlawanan.

Dan inilah kesempatan bersejarah bagi kami untuk mendirikan negara Islam yang akan mengambil tugas terbesar dalam melenyapkan kedzaliman dan memenangkan yang benar di dunia, dengan izin Allah. Akh Abu Mush’ab sepakat dengan analisa saya ini. dan perlu di catat Al-Qa’idah sama sekali tidak memiliki hubungan dengan Saddam Hussain dan pemerintahannya. Berbeda dengan apa yang digembar­gemborkan oleh Amerika, mereka selalu mengkait­kaitkan Saddam Hussein dan pemerintahannya dengan Al-Qa’idah. Dengan ini, mereka bermaksud membuat alasan pembenaran untuk menyerang Irak, berdasarkan peraturan internasional bikinan mereka sendiri, yang mereka paksakan terhadap bangsa­bangsa di dunia dengan kekuatan militer. Termasuk terhadap rakyat Israel dan orang-orang kristen yang beraliran Katolik.

Maka kami harus mengatur langkah untuk memasukkan ikhwan-ikhwan Al-Qa’idah ke Irak melalui jalur utara yang tidak dijaga terlalu ketat oleh pihak aparat pemerintahan setempat. Dari sana nanti, baru kita akan menyebar ke daerah selatan yang menjadi basis saudara­saudara kita sesama kaum sunni. Kami kebetulan memiliki beberapa anggota di antara mereka.

Waktu itu, ikhwan-ikhwan di Jamaah Anshar Al­Islam turut memberikan bantuan kepada kami untuk mewujudkan target ini.

Lama­kelamaan, Amerika tahu kalau orang-orang Iran turut menyembunyikan kegiatan kami di sana. Maka mereka segera mengecam Iran melalui berbagai media massa. Mereka menuduh Iran telah membantu Al-Qa’idah dan organisasi terorisme internasional.

Pihak pemerintahan Iran beraksi, mereka menangkapi dan memenjarakan para pemuda, lalu mengekstradisi ke negara masing­masing atau mengasingkannya ke mana saja mereka suka. Yang penting mereka harus keluar dari Iran.

Tindakan­tindakan yang diambil oleh pemerintahan Iran terhadap kami telah menggagalkan 75 % rencana yang sudah kami susun. Banyak sekali pemuda yang ditangkap. 80 % pengikut Az­Zarqawi tertangkap. Ini memaksa kami untuk membuat rencana baru guna mengevakuasi Abu Mush’ab dan pengikutnya yang masih tersisa dari Iran. Arah yang kami tuju adalah Irak. Jalurnya adalah melalui perbatasan utara, yang menghubungkan antara Irak dan Iran. Targetnya adalah sampai ke basis­basis kaum sunni di daerah Irak tengah. Dari sana program selanjutnya adalah membangun dan membentuk pasukan untuk memerangi Amerika, dan mengalahkannya dengan izin Allah. Pilihan ini bukan dilakukan secara asal­asalan. Kami sudah mengkajinya dengan sedemikian detail.

Ketika berpisah dengan saya dan berangkat ke Irak, kepribadian Abu Mush’ab sudah banyak berubah. Kini ia memiliki kelebihan berupa cara pandang yang jauh ke depan. Pandangan jauh kedepan ini adalah bagaimana cara membalas secara setimpal terhadap kekejian Amerika dalam membumi hanguskan bumi Afghanistan, dimana itu dia saksikan sendiri dengan mata kepalanya sendiri. Rasa benci Abu Mush’ab terhadap Amerika ini, cukup membentuk karakter baru pada diri Abu Mush’ab. Saya tidak bisa menulis secara lebih detail mengenai kepribadian baru beliau ini. sejak meninggalkan Iran, beliau tidak pernah berjumpa lagi dengan saya. Tapi berdasarkan berita­berita yang saya dengar tentang beliau, saya bisa simpulkan bahwa beliau telah berubah menjadi seorang komandan profesional yang mampu mengatur pertempuran melawan kekuatan militer kafir internasional, yang tergabung dalam Amerika, Israel, dan orang-orang yang loyal kepada mereka. Abu Mush’ab akan mampu memenangkan pertempuran ini dengan izin Allah SWT.

Harapan kami untuk Abu Mush’ab dan pengikut­pengikutnya, hendaknya beliau mengambil saran­saran berikut ini, yang menurut kami penting dalam fase yang sekarang mereka jalani. Kalau mereka mau mengambil saran ini, mereka akan menuai hasil besar – dengan izin Allah – dalam memenangkan pertempuran yang terjadi di bola bumi sekarang ini, yaitu antara kebenaran dan kebathilan.

Berikut ini saran­saran kami:

1. Setiap pekerjaan harus ada targetnya.

Apabila sejak awal targetnya jelas dan mudah ditempuh. Jika jalannya jelas, kita bisa menentukan sarana dan waktu yang tepat untuk menapaki jalan menuju target tersebut. Perlu kalian ketahui sampai tidaknya kita kepada sebuah target memerlukan empat unsur:

a. Dasar pemikiran. Setiap proyek harus di dasari sebuah satu pemikiran atau lebih, yang menjelaskan dasar pemikiran, sarana yang dipakai dan target yang akan dicapai. Urusan ini tidak menyisakan banyak tempat untuk berijtihad. Artinya kalian harus menyatakan terang­terangan bahwa tujuan kalian adalah mengembalikan kehidupan yang Islami, dengan cara menegakkan negara Islam. Negara Islam inilah yang nantinya akan memecahkan semua permasalahan umat, sehingga umat kembali sehat dan kuat. Umat yang mampu memainkan peran baiknya dalam kehidupan umat manusia. Sebagai pelaksanaan dari firman Allah SWT:

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah” (QS. Ali Imron : 110).

"dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. " (QS. Ali Imron : 104).

Kebaikan dan tugas ini, tidak akan mungkin terealisir dalam kehidupan umat kecuali jika umat itu sendiri memiliki perangkat­perangkat yang dibutuhkan untuk itu. Nah perangkat­perangkat ini akan terwujud hanya dengan tegaknya negara Islam (Daulah Islamiyah).

Dalam kondisi serba sulit semacam ini, di sana perampasan sumber daya alam, penjajahan negeri dan manusia, pemerkosaan kehormatan dan tanah air, tidak bisa dilenyapkan kecuali dengan membentuk tandingan bagi negara yang melakukan kekejaman ini, yang akan bersaing dengannya dalam berbagai bidang. Sehingga ia bisa dihentikan dan diusir.

Saudara­saudaraku…. Kesempatan dan kondisi sekarang ini sangat tepat untuk mengumumkan daulah ini. Sebab rakyat dari umat kita yang tertindas sekarang ini, sudah mulai sadar terhadap apa yang terjadi di sekelilingnya. Kekufuran pemerintah, baik di dunia Arab khususnya, atau dunia Islam pada umumnya,

mulai nampak dengan jelas karena tiga hal: mereka tidak memberlakukan tiga hukum Allah, loyal membantu orang-orang Israel dan kaum musyrik yang merupakan musuh umat dalam sejarah, dan kekejaman mereka terhadap umat Islam sendiri.

Karena tiga hal ini, kebanyakan umat merindukan di mana mereka bisa terbebas dari pemerintah seperti ini. Maka, dasar pemikiran kita di sini harus jelas. Sumbernyapun harus jelas, yaitu Al Qur­aan dan As Sunnah yang utama, dan akidah kita yang benar yang kita ambil dari para salafus sholeh. Kita memegang ini sebagaimana cara mereka memegangnya. Akidah yang menghantarkan kita untuk memahami realita dengan pemahaman yang bersih, tidak ada kerancuan di dalamnya. Pemahaman yang akan melahirkan pemikiran berkembang, yang mampu mengadakan pembaharuan dan solusi pada setiap ujian dan kondisi yang dihadapi umat. Pemikiran yang jelas dan kuat, yang mampu mengalahkan semua pemikiran lain yang menentangnya. Dan Alhamdulillah, Islam telah mengalami masa­masa panjang karena usianya telah lebih dari 1400 tahun, mampu menyesuaikan diri dengan berbagai iklim dan kondisi yang bermacam­macam. Dengan pengalaman ini, Islam akan mampu untuk keluar dari setiap musibah dan ujian. Maka dari itu, kita harus punya lembaga yang terdiri dari orang-orang bijak dan alim ulama’ yang mampu melaksanakan urusan­urusan ini.

b. SDM. Manusia adalah unsur kedua yang mempengaruhi sukses tidaknya proyek besar ini. harus ada manusia yang meyakini dengan kuat apa yang menjadi pemikirannya dan berusaha mewujudkan target yang telah ditentukan oleh pemikiran ini. berdasarkan pertimbangan ini, kita harus memiliki perangkat dakwah yang bagus, yang mampu menyampaikan dan menghantarkan umat kepada kebenaran.

Sebagaimana kita membentuk semua proyek militer dalam jihad, kita juga harus membuat proyek dakwah. Sebab kita tidak akan mampu sampai kepada perubahan yang kita inginkan selain dengan perubahan yang nyata dalam kehidupan manusia. Karena manusialah yang menghiasi zaman. Dan kemenangan besar dan solid, tidak mungkin terjadi kecuali dengan memberdayakan seluruh kekuatan dan potensi umat. Baik potensi SDM nya atau materinya. Kita harus sadar, bahwa pemuda Islam hari ini siap untuk menerima dakwah kebenaran, siap membela dan melindunginya.

c. Dana. Kita sudah punya dasar pemikiran yang bersih dan sumber daya manusia yang merdeka, yang meyakini dengan kuat dasar pemikiran ini. manusia­manusia ini tidak akan mampu mencapai target kecuali jika masalah dana yang dibutuhkan terpenuhi. Dengan dana inilah, mereka akan bisa menguasai sarana­sarana utama untuk mewujudkan kemenangan dan kekuasaan di muka bumi (tamkin).

d. Kepemimpinan yang solid dan berpengalaman. Inilah unsur keempat yang harus dipenuhi. Pemimpinlah yang bertugas memenuhi ketiga unsur diatas dengan baik. Seandainya ada dasar pemikiran, SDM, tanpa adanya dana dan kepemimpinan yang baik, kita tidak akan bisa mencapai target. Dunia Arab dan dunia Islam umumnya, banyak sekali memiliki orang-orang yang berpengalaman dan profesional. Ini cukup untuk membentuk sebuah kepemimpinan baru yang berpandangan jauh dan mampu mengatur umat ini.

2. Bendera yang jelas.

Bendera Islam yang jelas dan kepemimpinan hakiki telah menghilang dari umat ini sejak 100 tahun lebih. Hilangnya bendera ini, telah memcah belah kekuatan umat dan menjadikannya lemah dihadapan musuh. Kepemimpinan yang seharusnya menghadapi musuh, justru dibikin oleh musuh. Mereka membentuknya untuk melayani kepentingan mereka. para pemimpin boneka itu mengangkat bendera­bendera seperti nasionalisme, sekularisme dan kebangsaan. Nah, jika kita mengangkat bendera yang mengatas namakan Islam, bendera Laa ilaaha illallah, Muhammadur Rasulullah, maka bendera itu akan mampu mengoyak bendera­bendera lain yang menyelisihinya dan menampakkan kepalsuan serta kejelekannya. Ini akan membantu kita membangun kepemimpinan hakiki bagi umat ini, kepemimpinan yang ikhlas dan mampu menjawab tantangan besar ini. yang jeli dan mampu menjaga situasi, menajamkan semangat, meledakkan kekuatan dan skill, serta meletakkan pada posisi terbaik. Ini memerlukan para pemuda dan ikhwan-ikhwan untuk mengeluarkan kemampuan dan skill masing­masing. Kita sudah sama­sama tahu, bahwa Tandhim (jama’ah) dibentuk untuk memposisikan komandan dan memanfaatkan potensi.

3. Program (perencanaan).

Artinya, pekerjaan yang memasang sebuah target, harus dibangun diatas perencanaan yang jelas sejak awal. Kejelasan program bisa menghemat sarana yang dibutuhkan, apa saja material yang harus dipenuhi, kapan waktu pelaksanaannya untuk menyelesaikannya. Pekerjaan apa saja yang tidak terencana dengan baik, sama dengan pekerjaan asal­asalan dan tidak menghasilkan.

Bagi yang mau meneliti pekerjaan gerakan­gerakan Islam sekarang ini, bisa melihat kebanyakan pekerjaan mereka terkesan asal. Keikhlasan saja tidak cukup untuk menggapai keberhasilan dan kemenangan. Selain ikhlas kita juga harus mengambil sebab­sebab yang telah digariskan dalam sunnatullah. Nah, membuat perencanaan yang jelas dan sesuai, termasuk menempuh sunnatullah. Dari sini, maka semua yang terlibat dalam perjuangan dan jihad, harus memiliki perencanaan. Baik jangka pendek maupun jangka panjang. Rencana jangka pendek adalah target yang hendak di capai bersifat skala. Sedangkan jangka panjang adalah sampai kepada target terbesar, yaitu menegakkan daulah Islam.

4. Menggunakan kesempatan bila ada dan mempersiapkan diri untuk menyambut kesempatan yang kira-kira akan datang di masa mendatang.

Untuk lebih jelasnya, kami akan berikan satu contoh yaitu kondisi Irak sekarang ini. Tidak teraturnya keamanan disebabkan runtuhnya rezim Saddam Hussein telah memberikan kesempatan bagus untuk mengobarkan operasi­operasi jihad, sehingga semakin membara dan menyebar luas serta menancap kuat di bumi Irak. Kesempatan ini tidak muncul seandainya rezim lama masih bertahan. Nah, kesempatan seperti ini tak jarang muncul di daerah­daerah lain di luar Irak. Menurut perkiraan kami, Suriah dan Lebanon berpotensi untuk mengalami kondisi yang sama dengan Irak sekarang. Kesempatan seperti ini, akan memberikan peluang luas bagi perjuangan Islam dan gerakan perlawanan, dan akan menuai kekuatan manusia dan materi yang besar. Pada gilirannya nanti, akan membuka kesempatan bagi gertakan jihad Islam untuk lebih berdekatan dengan bumi Palestina yang terjajah. Keberadaan orang-orang Syam juga penting, kontak senjata secara langsung dengan orang-orang Israel adalah unsur terpenting, akan menyebarkan fikroh jihad sekaligus memberikan legitimasi kepada amalan ini, dan mengantarkannya kepada dua hal mendasar. Pertama: Pelaku jihad akan menjadi pengatur dunia Islam. kedua: ikut serta dalam melemahkan Israel, untuk selanjutnya menghancurkan dan melenyapkannya dengan izin Allah SWT. Nampaknya, kondisi kacau seperti ini akan terjadi sebentar lagi di Suriah dan Lebanon. Kemudian akan merambah Mesir, cepat atau lambat. Sebab Israel tahu bahwa mereka harus memanfaatkan kekuatan militer Amerika untuk menghancurkan semua musuhnya, karena mereka berpotensi membahayakan keamanan Israel.

Dan. Kemungkinan Amerika akan melakukan kesalahan fatal ketika mereka menuruti kemauan politik Israel.

Jadi kondisi lapangan yang terbuka, ditambah dengan perkembangan peristiwa setiap harinya, akan memberikan kesempatan untuk membentuk Pasukan Islam yang lengkap. Pasukan ini diharapkan akan mampu menorehkan sejarah kemenangan­kemenangan yang akan menjadikannya semakin profesional dan mampu mengendalikan kepemimpinan baru bagi umat Islam. mampu menajamkan semangat, mengasah kemahiran, memanfaatkan kekuatan dan potensi umat, dengan berjalan diatas jalan jihad yang penuh berkah ini. Ini akan membuka pintu bagi kepemimpinan baru tadi untuk mengembalikan khilafah Islam ke dalam kehidupan nyata umat manusia. Khilafah yang berarti negara Islam, yang mampu melenyapkan kedzaliman yang sekarang diderita manusia. Saat itulah janji Allah terjadi:

"dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi)" (QS. Al Qoshosh : 5)

1. apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, 2. dan kamu Lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, 3. Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat. (QS. An Nashr : 1-3)

Inilah saran­saran kami yang menurut kami mendesak untuk dilaksanakan, buat Akh Abu Mush’ab Az­Zarqawi dan ikhwan-ikhwan mujahidin Irak. Ketika mereka melaksanakan saran kami, dengan izin Allah mereka akan mampu membuat perubahan besar dalam sejarah pengembalian Islam kepada kehidupan nyata umat manusia.

Kondisi saat ini sangatlah cocok, alhamdulillah. Dan dimasa berikutnya, akan tiba masa yang menunjukkan bahwa hamba­hamba Allah telah datang. Karena kedzoliman, penindasan, pemboikotan, dan permusuhan yang dimunculkan dari politik persengkongkolan syetan itu telah merepotkan kehidupan banyak orang. Sehingga mendesak sekali untuk segera diadakan perubahan yang menjadi harapan setiap orang yang merdeka di dunia ini.

Ingat, target yang jelas, bendera yang bersih, langkah syar’iy yang jelas, dan kepiawaian memanfaatkan kesempatan…. Setelah itu kita akan mampu untuk memanfaatkan potensi umat, mewujudkan kemenangan dan kekuasaan dimuka bumi (tamkin) dan terakhir tentunya adalah keridhaan dari Allah Rabb seru sekalian alam.

Inilah saran­saran ringkas kami. Hanya Allah lah yang memberi kemudahan. Dan doa terakhir kami adalah, Alhamdulillahi rabbil Alamin. Segala puji hanya milik Allah Rabb semesta alam.

Saiful Adl
Penanggung Jawab Bidang Securiti & Intelejen Tandhim Qa'idatul Jihad Internasional.

Gerakan Jihad Media Internasional
Bagian publikasi dan penyebaran:
Abu Mihjan Asy Syarqiy
Dikirim pada 30/5/1426, melalui situs: www.hanein.net

Tidak ada komentar: