Jumat, 02 September 2011

Merenung Sejenak Terhadap Hasil-Hasil Jihad :: Antara Kebodohan Terhadap Syari’at & Kebodohan Terhadap Realita (03)

Renungan Ke Tiga

Dan Kamu Ditampakkan-Nya Berjumlah Sedikit

Pada Penglihatan Mata Mereka.

Orang yang berakal adalah orang yang bersembunyi dalam kelemahannya dan mencermati keadaan betapa minimnya personel dan perlengkapannya, dia meneliti kelemahan-kelemahan musuhnya tanpa mengusik perhatian musuhnya itu, serta dia membuat tipu muslihat terhadapnya tanpa mengingatkannya agar ia aman dari balasannya, karena dia menghindari tipu dayanya serta menunggu kelengahannya, karena sesungguhnya sesumbar dan ancaman sebelum pelaksanaan adalah mengingatkan musuh agar menyiapkan persiapan, sedang pelakunya bagaikan orang yang menunggu angin datang dengan panahnya sebelum waktu memanah tiba atau bagaikan orang yang mengusik hewan buruan sebelum dipanah.

Barangsiapa berlebihan dalam ancaman dan memperbanyak ancaman maka ia disepelekan oleh musuhnya, karena ancaman itu tidak melukai jiwa dan tidak melumpuhkan musuh, sedang memperbanyak darinya adalah menggugurkan rasa takut musuh dan menghilangkan kepercayaan. Barangsiapa ingin cerdik maka janganlah ia memberitahukan kecerdikannya kepada musuh, karena orang yang dikenal cerdik maka musuh pasti hati-hati darinya, sampai orang lemahpun menghindar darinya, apalagi orang yang kuat.

Peperangan orang-orang yang tertindas selalu tidak bersandar kepada banyaknya personil dan persenjataan, akan tetapi iamemanfaatkan titik kelemahan musuh dan kelengahan serta kelalaiannya, dan ia memilih pukulan-pukulan yang telak di waktu-waktu yang mematikan. Akan tetapi sebagian orang yang tidak memahami hakikat-hakikat ini malah suka menakut-nakuti dengan bulunya dan memberikan bagi dirinya bentuk yang lebih besar dari bentuk kemampuan yang sebenarnya, sehingga hal itu menimbulkan musuh memperhitungkan baginya seribu perhitungan, dan ia tidak merasa cakap mengawasi dan mengintainya dengan peralatan keamanan lokal, akan tetapi ia meminta bantuan terhadapnya dengan wali-walinya di seluruh belahan bumi untuk melumpuhkan terornya yang mana mereka menjadikannya sebagai teror yang mendunia (Global Terror ed.)!!.

Seandainya teman kita ini berakal, tentu ia tidak merasa senang dengan sikap pembesar-besaran yang sengaja dilakukan oleh musuh itu, karena termasuk sikap bodoh bila dia senang dengan alasan-alasan yang dijadikan legalitas oleh musuh untuk membekuknya, dan tergolong sikap dungu membantu musuh terhadap pengobralan kebohongan-kebohongannya yang membesar-besarkan bahaya dia agar dengannya mereka mengompori dunia terhadapnya dan agar mereka saling bahu-membahu untuk menghabisi bahayanya. Terkadang teman kita ini terkena sedikit penyakit bangga diri, sehingga ia lupa terhadap kadar kemampuan dia yang sebenarnya dan ia membenarkan pembesar-besaran yang dilakukan musuh-musuhnya itu terhadapnya, kemudian ia bertingkah seolah memang ia itu sebagaimana yang disifati oleh musuh-musuhnya, dan kemudian ia mulai melontarkan penegasan-pengasan yang berapi-api dan ancaman-ancaman kehancuran dan kebinasaan yang besar, seolah ia adalah Al Qa’qa ibnu ‘Amr atau Qutaibah ibnu Muskim yang awal pasukannya di Baghdad sedangkan ujungnya menggedor tembok Cina yang besar (The Great Wall, ed.). Masalahnya adalah apa yang akan kalian lihat, bukan apa yang kalian dengar, sedang kalian akan melihat api, asap, roti dan arang, sehingga dengan hal itu dia memperdaya para pengikut dan akhirnya mereka bertingkah seolah kendali dunia di tangan mereka, sehinga melekat pada sikap mereka ini ucapan seorang penyair :

Sungguh burung Zurzur tatkala ia terbang

Ia menyangka bahwa ia telah menjadi sang Elang

Dan debupun setelah itu tersingkap menampakkan busa-busa seperti

Busa sabun yang ditiup anak-anak kecil,

kemudian busa itu membesar dan membesar kemudian terbang tinggi,

dan tiba-tiba setelah itu lenyap begitu saja.

Andaikata ia menghargai jihad dan dakwahnya tentu dia tidak akan berbicara dan tentu dia menggunakan sikap sembunyi-sembunyi dalam melaksanakan kegiatannya. Karena termasuk kewibawaan sang panglima dan keotentikan ucapannya adalah dia tidak mengeluarkan ancaman melainkan ia itu benar-benar memiliki apa yang dia ancamkan, agar ancamannya itu tidak menjadi seperti busa-busa itu.

Di antara keberhasilan dan keberuntungannya adalah dia tidak memberikan kepada dirinya sesuatu yang lebih besar dari kadar kemampuan yang sebenarnya. Bila ia serius dalam operasinya lagi jujur bersama dirinya, maka ia sembunyikan kekuatan yang dia miliki agar nampak seolah ia tidak memiliki apa-apa, sehingga si musuhnya itu menyepelekannya, menganggapnya kecil dan tidak menyiapkan persiapan yang layak untuk menghadapinya. Sebagaimana suatu ungkapan :((Siapa yang dianggap kecil oleh musuhnya, maka musuhnya terpedaya dengannya, dan barangsiapa musuhnya terpedaya dengannya maka dia tidak akan selamat darinya, sehingga bila ia menyergap musuhnya maka ia menyergapnya bagaikan sergapan binatang buas)).

Allah ta’ala berfirman dalam mensifati masalah ini sebelum perang Badar :

“Dan kamu ditampakkannya sedikit pada mata mereka, karena Allah hendak melakukan suatu urusan yang mesti dilaksanakan’, (Al Anfal : 44).

Ini adalah di awal peperangan, sampai Abu Jahal berkata seraya melecehkan kaum mukminin : (Mereka itu hanyalah sejumlah orang-orang yang makan seekor unta[2], tangkaplah mereka itu dan ikatlah dengan tali).Kemudian tatkala dua pasukan bertarung dan mereka saling menyerang serta kaum mu’minin tangguh bagikan singa, maka mereka menjadi besar dan banyak di mata kaum musyrikin, sebagaimana firman Allah ta’ala :[Mata kepala mereka melihat (seakan-akan) kaum muslimin dua kali jumlah mereka”,] (Ali Imran : 13).

Ya Allah jadikanlah kami orang-orang yang paham akan dien kami ini dan cermat akan realita kami, dan bungkamlah musuh-musuh kami.

Tidak ada komentar: